LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
PENGEMBANGAN DAN PENGERUTAN TANAH
DI SUSUN OLEH :
NAMA :
YOHANIS SARMA
NIM :
G11115536
KELAS/
KELOMPOK : E /14
ASISTEN :
MAGFIRAH DJAMALUDDIN
LABORATORIUM
KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sifat
mengembang dan mengerut adalah masuk atau keluarnya air ke atau dari antara
lempeng-lempeng liat kristal tipe 2 : 1 menyebabkan terlihatnya sifat
mengembang dalam keadaan basah dan mengerut kalau kering. Pengembangan terjadi
karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke
dalam lapisan kristal liat yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan
tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid-koloid
dan ion-ion yang teradsorbsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di
dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah. Retakan-retakan tanah dapat
memperbaiki aerasi tanah pada bagian lebih dalam. Namun, retakan-retakan yang
terlalu lebar dapat menyebabkan putusnya akar-akar tanaman.
Pengembangan tanah adalah penjenuhan air
sehingga menutupi celah-celah retakan tanah yang diakibatkan oleh pengerutan.
Tanah yang banyak mengandung mineral liat smectit memperlihatkan sifat
mengembang dan mengerut. Kation-kation dan molekul-molekul air sudah masuk
antara unit kristal mineral sehingga mineral akan mengembang saat basa dan
mengerut saat kering, karena banyaknya air yang hilang pada tanah tersebut.
Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat
montmorilonit yang tinggi. Oleh sebab itu, para ahli bangunan sangat
berhati-hati.
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman
atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan pH menunjukkan bahwa banyaknya
konsentrasi ion hydrogen (H+) didalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam
tanah maka semakin masam tanah tersebut sedangkan jika didalam tanah ditemukan
ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+ maka tanah
tersebut tergolong alkalis (OH- lebih banyak daripada H+). Pengembangan dan
pengerutan yang tidak sama dapat menyebabkan retaknya pondasi gedung-gedung
sedangkan jalan yang diperkeras menjadi bergelombang.
Berdasarkan
uraian diatas, maka perlu melaksanakan praktikum mengembang dan mengerut untuk
mengetahui presentase pengerutan dan pengembangan tanah sehingga dapat
diperoleh tekhnik pengolahan tanah yang efektif.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah mendemonstrasikan sifat mengembang dan
mengerut tanah dan mengukur besarnya pengembangan dan pengerutan berdasarkan
koefisien pengembangan linier.
Kegunaan dari praktikum mengembang dan mengerut adalah untuk
mengetahui cara pengolahan pada tanah-tanah yang memiliki sifat pengembangan
dan pengerutan serta cara pemanfaatannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Terjadinya Mengembang dan Mengerut
Mengembang
dan mengerut merupakan salah satu sifat fisik tanah. Di mana sifat mengembang
ditandai dengan terisinya semua ruang pori tanah baik makro maupun mikro oleh
molekul-molekul air dan gejala ini terjadi ketika tanah dalam keadaan basah.
Sedang sifat mengerut tanah terjadi ketika tanah dalam keadaan kering setelah
basah yang ditandai dengan semakin mengecilnya pori-pori tanah pada waktu
mengerut. Pengerutan biasanya terjadi pada musim kemarau atau musim kering.
Pengerutan adalah keadaan di mana tanah mengalami retakan retakan, yang
disebabkan oleh karena ruang atau pori tanah tersebut tidak terisi oleh air
yang cukup(Hakim, 1986).
Sifat mengembang dan mengerut tanah
disebabkan oleh kandungan liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya
pengembangan dan pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient of
Linear Extendility ) atau PVC ( Potential Volume Change = swell index = indeks
pengembangan) (Hardjowigeno, 1998).
Montmorilonit
mengakibatkan tanah Inceptisol mempunyai sifat mengembang dan mengerut dengan
penjenuhan dan pengeringan. Potensi pengembangan dan pengerutan tanah berkaitan
erat dengan tipe dan jumlah liat dalam tanah. Tanah Inceptisol yang banyak
mengandung mineral liat akan memperlihatkan sifat mengembang pada waktu basah
karena kation-kation dan molekul air mudah masuk pada rongga antara kristal
mineral. Tanah yang mengembang selalu memilki kandungan liat yang banyak, di
mana mungkin saja mempunyai kemampuan yang tinggi menyimpan air, akan tetapi
peredaran udara dalam tanah atau aerase tidak baik, penambahan bahan organik
akan mengurangi masalah kekurangan air pada tanah berpasir. Bahan organik
membantu mengikat butiran liat dan membentuk ikatan yang lebih besar sehingga
memperbesar ruang-ruang udara diantara ikatan butiran (Pairunan, 1997).
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan dan Pengerutan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi mengembang dan mengerut adalah pengembangan terjadi karena
penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat yang menyebabkan pengembangan di
dalam kristal. Akan tetapi sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke
dalam koloid-koloid dan ion-ion yang terabsorbsi pada liat dan karena udara
yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah. Adapun
faktor- faktor yang mempengaruhi sifat mengembang dan mengerut pada tanah dalah
kadar air dalam tanah, luas ruang atau pori tanah serta kandungan mineral liat.
Ketiga faktor ini sangat berpengaruh disebabkan karena apabila kadar air dalam
tanah tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air,
sehingga terjadi pengembangan pada tanah.begitu juga sebaliknya. Kandungan liat
juga sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat
menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat
mudah terjadi pengembangan begitu pula sebaliknya (Foth, 1994).
Sifat
mengembang dan mengerut tanah disebabkan oleh kandungan liat mentrollnit yang
tinggi. Tanah mengembang pada saat basah
dan tanah mengerut pada saat kering. Akibatnya pada saat musim kering tanah
menjadi pecah-pecah kalau basah tanah mengembang dan menjadi lengket. Apabila
tanahnya memiliki kandungan liat yang tinggi maka pertikel liatnya akan mudah
mengalami perluasan akibatnya tanah ini mengembang pada keaadan lembab dan
mengerut pada keadaan kering. Pada saat kering tanah vertisol
(Hardjowigeno,1998 ).
2.2 Hubungan Mengembang dan Mengerut dengan
Kadar Air
Antara
pengembangan dan pengerutan, kohesi dan plastis berhubungan erat satu sama
lain. Ciri-ciri ini tergantung tidak hanya pada campuran lempung dalam tanah,
tetapi juga sifat dan jumlah humus yang terdapat bersama koloid organik. Sifat
tergantung pada struktur pengembangan tanah (Fonth, 1994).
Hubungan Mengembang dan mengerut
dengan kadar air yaitu apabila kadar air dalam tanah tinggi maka pori atau
ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air sehinggat erjadi pengembangan
pada tanah begitu juga sebaliknya. Kandungan liat juga sangat berpengaruh
disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap banyak air
sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi
pengembangan begitu pula sebaliknya (Foth, 1994).
Tanah yang mempunyai kemampuan
mengembang dan mengerut paling tinggi disebabkan oleh kandungan liat, maka
permeabilitasnya semakin lambat. Hal ini menyebabkan tanah mempunyai
retakan-retakan yang banyak. Air yang mengalir melalui retakan-retakan
menyebabkan perkolasi makin tinggi. Hal inilah yang menyebabkan pengukuran
kecepatan air perkolasi di musim kering sering menghasilkan kesalahan-kesalahan
(Font 1994).
III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pengembangan dan pengerutan dilakukan di
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin,Makassar, Pada hari Jumat, 27 November 2015 Pukul 10.00-11.00.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
COLE device, sepatula dan mistar
panjang. Bahan-bahab yang digunakan terdiri dari sampel tanah terombak, air dan
gemuk.
3.3 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan
COLE device yang bagian dalamnya
telah diolesi gemuk.
2. Melumatkan
(remold) secara merata pada sampel
tanah yang telah disiapkan hingga tanah bebrbentuk pasta yang halus tanpa
agregat.
3. Memasukkan
pasta tanah kedalam COLE device dengan menggunakan sepatula.
4. Membiarkan
tanah mengering dalam ruangan.
5. Mengukur
panjang tanah setelah tanah mengering, kemudia dicatat dalam lembar data.
6. Menghitung
COLE dengan rumus
COLE=100
x ( la – lf ) / la
Keterangan:
·
la = Panjang tanah awal
·
lf = Panjang tanah akhir
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
hasil yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel
10. Pengamatan pengembangan dan pengerutan tanah.
Lapisan Tanah
|
Panjang
Sebelum Diovenkan (cm)
|
Panjang
Sesudah Diovenkan (cm)
|
COLE
|
I
|
21 cm
|
18,6 cm
|
11,42 %
|
II
|
21 cm
|
18,6 cm
|
11,42 %
|
III
|
21,4 cm
|
19 cm
|
11,42 %
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh panjang tanah sebelum diovenkan
pada lapisan satu yaitu 21 cm, lapisan dua 21 cm dan lapisan tiga 21,4 cm
kemudian panjang tanah sesudah diovenkan pada lapisan satu adalah 18,6 cm,
lapisan dua 18,6 cm dan lapisan tiga 19 cm. Sehigga didapatkan presentase pada
lapisan satu adalah 11,42 %, lapisan dua 11,42 dan lapisan tiga juga 11,42.
Jika bandingkan dari panjang tanah awal dengan panjang tanah akhir dapat
dilihat bahwa tanah yang diamati mengalami pengerutan karena tanahnya memendek
setelah diovenkan, jadi dapat disimpulkan bahwa
tanah tersebut dalam keadaan kering karena menurut Hardjowigeno (1998) Tanah
dapat terbagi menjadi beberapa jenis yang masing-masing memiliki sifat yang
berbeda-beda. Ada jenis tanah yang mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan
mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka
tanah menjadi pecah-pecah.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa hampir pada setiap lapisan tanah mengalami pengerutan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tanah yang diamati memiliki pori yang kecil dan memililiki
kadar air yang sangat rendah sehingga terjadi pengerutan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Munir (1996) yang mengemukakan bahwa apabila kadar air dalam tanah
tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air, sehingga
terjadi pengembangan pada tanah, begitu juga sebaliknya.
Jika didasarkan pada tabel diatas tanah
yang diamati menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki kadar liat yang rendah
karena tidak mampu menyerap air sehingga mengalami pengerutan karena menurut
Munir (1996) Kandungan liat juga sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan
liat yang besar dan dapat menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki
kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi pengembangan begitu pula
sebaliknya. Namun jika tanahnya diteliti tanah tersebut memiliki liat yang
cukup tinggi karena tanah yang amati bertekstur liat berpasir. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tanah tersebut tidak mampu menyerap air bukan karena memiliki
kadar liat yang rendah tetapi karena tidak ada air yang dapat diserap oleh
tanah tersebut, sehingga mengalami pengerutan, karena saat itu adalah musim
kemarau.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan maka diperoleh panjang tanah sebelum diovenkan pada
lapisan satu yaitu 21 cm, lapisan dua 21 cm dan lapisan tiga 21,4 cm kemudian
panjang tanah sesudah diovenkan pada lapisan satu adalah 18,6 cm, lapisan dua
18,6 cm dan lapisan tiga 19 cm. Sehigga didapatkan presentase pada lapisan satu
adalah 11,42 %, lapisan dua 11,42 dan lapisan tiga juga 11,42. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengembangan dan pengerutan pada tanah yang diamati adalah kondisi tanah, pori tanah
atau ruang dalam tanah, kadar air dan
tekstur tanah.
5.2 Saran
Dalam praktikum sifat
mengembang dan mengerut selanjutnya untuk menghindari kesalahan data hendaknya
harus melakukan percobaan sesuai dengan prosedur-prosedur agar hasil yang
didapatkan pada akhirnya adalah data yang akurat. Dalam pengolahan lahan-lahan
pertanian sebaiknya diperhatikan tingkat pengembangan dan pengerutan suatu
tanah, karena hal tersebut akan mempengaruhi kualitas suatu lahan sebagai media
tumbuh tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama
Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Pairunan, dkk. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Makassar: Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Indonesia Timur.
Hardjowigeno, S. 1998. Ilmu Tanah. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Foth, Hendry D. 1994. Dasar-dasar Ilmu
Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Lampung: Universitas Lampung..
izin copas kawan
BalasHapus