Minggu, 24 Januari 2016

Laporan Kadar Air Tanah

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH


KADAR AIR TANAH







DI SUSUN OLEH :

NAMA                                    : YOHANIS SARMA
            NIM                                        : G11115536
            KELAS/ KELOMPOK          : E /14
            ASISTEN                               : MAGFIRAH DJAMALUDDIN




LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015




I. PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang  
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata, biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen adalah yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara permanen sebagai akibat pengurangan persediaan kelembaban tanah (Sutanto 2005).
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan berbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan lainnya.  Air merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan untuk semua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama terus-menerus sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang rata-ratanya 26 inci (650 mm) untuk permukaan lahan dunia. Air dibagikan tidak merata oleh curah hujan, berubah bentuk, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat tercemar (Hanafiah 2014).
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati (Sutanto, 2005).  Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diadakan praktikum pengamatan Kadar Air dalam langkah awal penelitian dan pengamatan, karena kita ingin mengatahui kandungan air pada suatu jenis tanah. Kandungan air dalam tanah sangat berpengaruh pada konsistensi tanah, dan kesesuaian tanah untuk diolah.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum kadar air tanah ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kadar air yang dapat ditampung oleh tanah beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun kegunaan dari praktikum kadar air tanah adalah sebagai bahan pertimbangan selanjutnya dan untuk menambah pengetahuan tentang kadar airdan kaitannya dengan usaha mengelolah tanah pertanian.




II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Kadar Air
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering. Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100 °C – 110 °C untuk waktu tertentu (Hakim, 1986).
Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Penentuan kandungan air dalam tanah dapat ditentukan dengan istilah nisbi, seperti basah dan kering dan istilah jenuh atau tidak jenuh (Hakim, 1986).
Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat dinyatakan atas dasar berat atau isi. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air jenuh.Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga horizontal. Tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal (Hakim, 1986).
2.2  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Air Tanah
Kadar air dalam tanah tergantung pada banyaknya curah hujan, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi, kandungan bahan organik. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorptif, makin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar kapasitas menyimpan air (Hanafiah, 2014).
Faktor iklim dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor iklim yang berpengaruh meliputi: curah hujan, temperatur, dan kecepatan angin. Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran dalam tanah, toleransi terhadap kekeringan, serta tingkat pertumbuhan.  Iklim dalam hal ini cuaca dan penyebaran vegetasi juga berpengaruh pada tingkat penyerapan air dalam tanah. Suhu dan perubahan udara merupakan anomali cuaca yang berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan air tanah dan dapat hilang melalui saluran evaporasi pada permukaan tanah prinsipnya terkait dengan suplai evapotranpirasi (Hanafiah, 2014).
Selain sifat tanah, faktor tumbuhan dan iklim sangat mempengaruhi jumlah air yang dapat diabsorsikan tumbuhan tanah, faktor-faktor tumbuhan antara lain, bentuk perakaran, daya tahan terhadap kekeringan, tingkat dan stadia pertumbuhan. Faktor iklim antara lain, temperatur, kelembaban dan kecepatan angin. Diantara sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap jumlah air tersedia adalah daya hisap (matrik dan osmotik), kedalaman tanah dan pelapisan tanah. Luas permukaan penyerapan juga lebih banyak sehingga semakin tinggi bahan organik dalam tanah maka makin tinggi juga kadar dan ketersediaan air tanah. Tanah di penjuru bumi ini memiliki karakteristik tanah yang berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap kandungan air tanah itu sendiri (Hakim, 1986).

2.3  Hubungan Kadar Air dengan Pertumbuhan Tanaman
Kadar air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanah hampir seluruhnya berasal dari udara dan atau atmosfer terutama didaerah tropis air hujan itu dapat mrembes ke dalam tanah yang disebut infiltrasi. Sedangkan sisanya mengalir di permukaan tanah sebagai aliran permukaan tanah. Air infiltrasi tadi bila dalam jumlah banyak dan terus merembes kedalam tanah secara vertikal dan meninggalkan daerahnya perakaranya yang disebut perkolasi, yang akhirnya sampai pada lapisan yang kedap air yang kemudian berkumpul disitu menjadi air tanah atau sering disebut ground water  (Hanafiah, 2014).
 Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman dicari dengan jalan penentuan kandungan air pada tanaman lapang dikurangi dengan persentase keadaan tanah padaa titik layu permanen. Dalam hal ini nilai-nilainya sangat ditentukan terutama oleh tekstur tanah. Tekstur tanah yang lebih tinggi mempunyai tekstur yang halus, sebaliknya tekstur yang rendah mempunyai tekstur yang kasar nilainya akan lebih rendah lagi dibandingkan dengan hal yang tadi. Kapasitas kandungan air tanah maksimum adalah jumlah air maksimal yang dapat ditampung oleh tanah setelah hujan turun dengan sangat lebat atau besar. Semua pori-pori tanah baik makro maupun mikro, dalam keadaan terisi oleh angin sehingga tanah menjadi jenuh dengan air (Hanafiah, 2014).
Kekurangan air bagi tanaman menyebabkan proses aktivitas dan fisiologis tanaman terhambat bahkan tidak akan berjalan, tanaman yang kekurangan air akan menyebabkan tanaman layu dan akhirnya menyebabkan kematian. Jaringan-jaringan tanaman tidak lagi berfungsi baik. Sedangkan kelebihan air pada tanaman akan meyebabkan permukaan tanah tempat tanaman hidup akan lembab karena kelebihan air, keadaan lembab tersebut memunculkan mikro organisme jamur yang mengakibatkan tumbuhnya penyakit bagi tanaman (Sutanto 2005)



        III.  METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 04 November 2015 untuk pengeringan tanah dan hari Kamis, 05 November 2015 untuk perhitungan kadar air tanah pukul 10.00 WITA di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2  Alat dan Bahan
Pada praktikum ini, alat yang digunakan adalah cawan petridish, desikator, oven dan timbangan. Dan bahan yang digunakan adalah tanah kering udara lapisan satu, air,  dan mistar.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pengamatan kadar air tanah sebagai berikut :
1.    Menimbang cawan petridish, kemudian menambahkan 20 gram tanah kering udara
2.    Mengeringkan di dalam oven suhu 105 °C selama 2 x 24 jam;
3.    Mengeluarkan cawan petridish dan tanah dari oven, mendinginkan dalam desikator kemudian menimbang cawan petridish bersama tanah.
4.    Menghitung dengan menggunakan rumus :

Kandungan air tanah = (b-a)-(c-a) x100%
                          (c-a)
Keterangan:
·      Berat  cawan Petridis                                    = a gram
·      Berat cawan petridish + tanah kering udara = b gram
·      Berat cawan petridish + tanah kering oven  = c gram
·      Berat tanah kering udara                              = (b – a)
·      Berat tanah kering oven                                = (c – a)
·      Berat air yang hilang                                     = (b – c)







IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut
Tabel 6. Hasil pengamatan kandungan air tanah lapisan I, II, dan III.
Lapisan Tanah
Kandungan Air Tanah
Lapisan I
0 %
Lapisan II
5,26 %
Lapisan III
23 %


4.2  Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kadar air pada setiap lapisan tanah berbeda-beda, pada lapisan I kadar airnya 0 %, lapisan II kadar airnya 5,26 % dan lapisan III kadar airnya 23 %. Hal ini dipengaruhi oleh besar kecilnya pemberian air pada permukaan tanah, karena pada saat pengambilan sampel tanah saat itu adalah musim kemarau jadi otomatis pemberian air pada tanah terhenti sehingga menyebabkan air akan turun pada lapisan bawah itulah sebabnya pada lapisan satu lebih sedikit kadar airnya dibanding lapisan dibawahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman and Brady (1982) yang menyatakan bahwa jika pemberian air pada permukaan tanah dihentikan, air akan turun ke bawah lebih cepat.
Seperti yang kita ketahui berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa lapisan satu memiliki kandungan air 0 % hal ini disebabkan karena kandungan bahan organiknya sangat rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik, makin tinggi kadar bahan organik tanah akan makin tinggi kadar airnya.
Jika diperhatikan pada tabel diatas dari lapisan paling atas atau lapisan I sampai pada lapisan paling bawah atau lapisan III, dapat dilihat bahwa semakin kebawah kandungan kadar airnya semakin banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa makin dalam kedalaman solum tanah maka kadar air juga semakin tinggi.
Jika kita perhatikan pada lapisan I yang hampir tidak memiliki kandungan air maka dapat disimpulkan bahwa tanah pada lapisan satu selain memiliki sedikit bahan organik lapisan satu juga memiliki tekstur kasar dan berpori sedikit. Hal ini sesuai dengan Hardjowigeno (1987), yang menyatakan bahwa  tanah–tanah bertekstur kasar dan berpori sedikit mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus.


Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa tanah yang diamati memiliki kadar air yang sangat rendah yang artinya tanah tersebut juga memiliki sedikit bahan organik. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanah yang diamati tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman tersebut akibat dari kurangnya kadar air dan bahan organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2005) yang mengemukakan bahwa kekurangan air bagi tanaman menyebabkan proses aktivitas dan fisiologis tanaman terhambat bahkan tidak akan berjalan, tanaman yang kekurangan air akan menyebabkan tanaman layu dan akhirnya menyebabkan kematian. Jaringan-jaringan tanaman tidak lagi berfungsi baik.




V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kandungan kadar air pada lapisan I adalah 0 %, kandungan air pada lapisan II adalah 5,26 dan lapisan III memiliki kandungan kadar air 23 %. Faktor yang mempengaruhi kadar air pada tanah yang diamati adalah besar kecilnya air yang diberikan, kandungan bahan organik, kedalaman tanah, tekstur tanah dan pori tanah.
5.2 Saran
Sebelum membuka lahan pertanian sebaiknya terlebih dahulu kita mengetahui kadar air pada tanah tersebut. Pembuatan irigasi dan drainase yang baik di lahan yang kurang kadar airnya dapat membantu meningkatkan persentase kadar air sehingga layak untuk dijadikan lahan pertanian yang subur.







DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H. O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Hakim. N. Et al. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Penerbit Universitas Lampung.
Hanafiah, K.A.  2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Rajawali Pers.
Hardjowigeno, Sarwono H. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta:  Akademik Pressindo.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.







LAMPIRAN
Perhitungan Nilai Kadar Air Tanah dengan Metode Gravimetrik:
Lapisan I
Diketahui:
a = 28,6 gram
b = 48,6 gram
(b – a) = 48,6 – 28,6 = 20 gram
(c – a) = 48,6 – 28,6 = 20 gram
c = 48,6 gram
Ditanyakan:
Penyelesaian:

Lapisan II
Diketahui:
a = 7,4 gram
b = 27,4 gram
(b – a) = 27,4 – 7,4 = 20 gram
(c – a) = 26,4 – 7,4 = 19 gram
c = 26,4 gram
Ditanyakan:
Penyelesaian:



Laporan Porositas Tanah

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH


POROSITAS TANAH







DI SUSUN OLEH :

NAMA                                    : YOHANIS SARMA
            NIM                                        : G11115536
            KELAS/ KELOMPOK          : E /14
            ASISTEN                               : MAGFIRAH DJAMALUDDIN




LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015




I.  PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Tanah ditemukan di mana-mana di sekitar kita dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan manusia.  Kebanyakan orang tidak pernah berusaha menentukan apakah tanah itu, darimana asal dan sifatnya.  Mereka tidak memperhatikan bagaimana tanah di suatu tempat berbeda dengan tanah di tempat lain. Pasti sedikit saja atau bahkan tidak mungkin ada di antara kita yang mengetahui sebab perbedaan ini.
Di dalam tanah terdapat sejumlah ruang pori-pori. Ruang pori-pori ini penting oleh karena ruang-ruang ini diisi oleh air dan udara. Air dan udara (gas-gas) juga bergerak melalui ruang pori-pori ini. Jadi, penyediaan air untuk pertumbuhan tanaman dan jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan sangat erat dengan jumlah dan ukuran pori-pori tanah (Sutedjo, 1987). 
Kondisi fisik tanah sangat menentukan aerase, drainase, dan nutrisi tanaman. Sifat fisik tanah juga berpengaruh oleh sifat kimia dan biologi tanah, di mana sifat-sifat fisik tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan, dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah, macam dan jumlah bahan organik, volume dan bentuk pori-pori pada waktu tertentu. Beberapa sifat fisik yang sangat penting adalah bulk density, Particle Density, dan Porositas. Bahan organik memperkecil berat isi tanah karena bahan organik jauh lebih ringan daripada bahan mineral. Di samping itu bahan organik tanah dapat memperbesar porositas tanah. Berat dan ruang pori-pori tanah bervariasi dari satu horizon ke horizon yang lain, sama halnya dengan sifat-sifat tanah lainnya dan kedua variabel ini tentunya juga dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah sebagai sifak fisik tanah. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan percobaan terhadap Bulk density, Particle Density dan Porositas tanah pada tanah sehingga dapat diketahui sifat fisik tanah, sifat kimia dan biologi tanah yang terdapat dalam tanah (Hardjowigeno, 1992). Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan pengamatan kerapatan isi dan porositas tanah.
1.2         Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah mendemostrasikan bagaimana sampel utuh diambil dari lapangan,  menghitung nilai total ruang pori tanah, dan mengetahui perbedaan antara tanah yang padat dan tanah yang gembur. Sedangakan kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai bahan informasi kepada masyarakat dalam pengolahan lahan lebih lanjut serta penentuan varietas tanaman apa saja yang dapat ditanam pada tanah tersebut.




II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Kerapatan Isi
Bulk density atau bobot isi atau bobot volume menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah dan termasuk volume pori-pori tanah diantaranya. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar. Pada umumnya Bulk density berkisar dari 1,1-1,6 g/cc. Beberapa jenis tanah mempunyai Bulk density kurang dari 0,90 g/cc (misalnya tanah andisol), bahkan ada yang kurang dari 0,10 g/cc (misalnya tanah gambut). Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap hektar tanah (Harjdowigeno, 1992).            
Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air, drainase dan lain-lain. Sifat fisik tanah ini banyak bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan. Menghitung kerapatan butir tanah, berarti menentukan kerapatan partikel tanah dimana pertimbangan hanya diberikan untuk partikel yang solid. Oleh karena itu kerapatan partikel setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata–rata sekitar 2,6 gram/cm3. Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah, akibatnya tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari subsoil. Kerapatan butir tanah tidak banyak berbeda. Jika berbeda maka terdapat variasi yang harus mempertimbangkan kandungan tanah organik (Madjid, 2010).
Bulk density sangat berhubungan erat dengan particle density jika partikel tanah sangat besar maka Bulk density juga besar pula, hal ini dikarenakan partikel density berbanding lurus dengan bulk density, namun apabila sebuah tanah memilki tingkat kadar air yang tinggi maka partikel density dan Bulk density akan rendah hal ini dikarenakan partikel density berbanding terbalik dengan kadar air, dapat kita buktikan apabila di dalam suatu tanah memilki tingkat kadar air yang tinggi dalam menyerap air maka kepadatan tanah juga akan rendah karena pori-pori di dalam tanah besar sehingga tanah yang memilki pori yang besar akan lebih mudah memasukkan air  di dalam  agregat  tanah (Hanafiah, 2014).
2.2   Faktor-faktor yang mempengaruhi Kapasitas Isi
Bulk density dipengaruhi oleh tekstur, struktur dan kandungan bahan organik.Bulk density dapat cepat berubah karena pengolahan tanah dan praktek budidaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Bulk density salah satunya adalah Bahan organik tanah, dimana tanah dengan kandungan bahan organik tinggi akan memiliki nilai Bulk density rendah, begitupula sebaliknya, selain itu Bulk density juga dipengaruhi oleh tekstur tanah dan kadar air tanah (Sutedjo, 1987).    ____
Nilai dari berat volume Bulk density dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kandungan bahan organik tanah, porositas dan kepadatan tanah. Untuk tanah   berstruktur  halus  mempunyai porositas tinggi dan berat tanah yang lebih rendah dibandingkan tanah berpasir. Bahan organik memperkecil berat volume tanah, karena bahan organik jauh lebih ringan dari pada mineral dan bahan organik  yang akan memperbesar porositas (Hardjowigeno, 1992).       
Adapun faktor lain yang mempengaruhi Bulk density yaitu kandungan kadar air apabila suatu daerah memiliki kandungan kadar air yang tinggi maka Bulk density di daerah tersebut dapat di pastikan rendah. Menyatakan bahwa Bulk density dan kadar air berbanding terbalik , hal ini dibuktikan apabila tanah dapat menyerap air yang banyak sehingga tanah akan susah untuk memadat dikarenakan di dalam agregata tanah banyak menyimpan air, kadar air erat hubungannya dengan tekstur tanah apabila tanah memiliki tekstur pasir maka tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang banyak sehingga tanah yang bertekstur liat mempunyai daya melewatkan air yang lambat sehingga air akan tersimpan di dalam agregat tanah yang memiliki kandungan BO sedikit (Madjid, 2010).                         
2.3    Hubungan Bulk density Dengan Produktivitas Tanaman
Bulk density merupakan petunjuk kerapatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk densitynya, yang berarti makin sulit meneruskan air atau di tembus akar tanaman. Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap hektar tanah, yang di dasarkan pada berat tanah per hektar. Untuk memudahkan perhitungan berat tanah 1 hektar sering dianggap sama dengan 2.000.000 kg berat tanah (Hardjowigeno, 1992).
____Tanah lebih padat mempunyai Bulk density yang lebih besar dari pada tanah mineral bagian atas mempunyai kandungan Bulk density yang lebih rendah dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density di lapangan tersusun atas tanah-tanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -1,6 g/cm3. Tanah organik memiliki nilai Bulk density yang lebih mudah, misalnya dapat mencapai 0,1 g/cm3 – 0,9 g/cm3  pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, dan kemampuan tanah menyimpan air drainase. Sifat fisik tanah ini banyak bersangkutan dengan penggunaan tanah (Hardjowigeno, 1992).
     Untuk setiap kelas tekstur berat isi menggambarkan keadaan struktur dan porositas tanah. Pengaruh sifat-sifat fisik tanah tersebut pada pertumbuhan tanaman dapat dinilai atau ditentukan dari kaitan pertumbuhan. Nilai Bulk density dapat menggambarkan adanya lapisan padas tanah, pengolahan tanahnya, kandungan bahan organik dan mineral, porositas, daya memegang air, sifat drainase mudahkan tanah ditembus akar (Madjid, 2010).

2.4    Porositas
Porositas adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati oleh air dan udara. Pada keadaan basah seluruh pori baik makro, meso, maupun mikro terisi oleh air, keadaan kering pori makro dan sebagian pori meso terisi oleh udara. Porositas merupakan gambaran aerasi dan drainase tanah (Madjid, 2010).
         Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah yang pada umumnya pori kasar ditempati udara dan pori kecil ditempati air, kecuali bila tanah kurang. Porositas tanah adalah persentase volume tanah ditempati butiran padat. Tanah dengan struktur lemah pada umumnya mempunyai porositas yang terbesar. Pengolahan tanah untuk sementara waktu dapat memperbesar porositas, namun dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan turunnya porositas. Oleh karena itu, untuk memperbesar porositas tanah tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan penambahan bahan organik atau melakukan pengolahan tanah secara minimum. Pengolahan tanah berlebih akan menyebabkan rusaknya struktur tanah. Nilai porositas dapat diperoleh jika diketahui nilai Bulk density dan nilai partikel densitynya (Hanafiah, 2014).
       Pori tanah jika dalam keadaan basah seluruhnya akan terisi oleh air, baik pori mikro, pori meso atau pun pori makro. Sebaliknya pada keadaan kering, pori makro dan sebagian pori meso terisi udara. Jumlah ruang pori sebagian besar ditentukan oleh susunan butir padat. Kalau letaknya satu sama lain cenderung erat seperti pada pasir dan sub soil padat, porositasnya rendah. Jika tersusun dalam agregat yang bergumpal seperti yang kerap kali terjadi pada tanah bertekstur sedang, yang besar kandungan bahan organiknya, ruang pori persatuan volume tinggi. Perbedaan besar jumlah ruang pori berbagai keadaan tanah (Madjid, 2010).
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Porositas Tanah
Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, tekstur tanah, kandungan air dan bulk density. Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur granuler atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air Sebaliknya, pada top soil bertekstur halus, memiliki lebih banyak ruang pori total yang sebagian besar terdiri pori-pori kecil. Hasilnya adalah tanah dengan kapasitas memegang air yang besar (Hardjowigeno, 1992).
            Porositas butir pasir tunggal rendah dan sangat berhubungan dengan tekstur. Tanah dengan tekstur halus mempunayai kisaran ukuran dan bentuk partikelnya yang luas.. Tanah dengan struktur ped mempunyai ruang pori sebab ruang-ruang antar partikel tekstur dan antara ped. Tanah permukaan yang berpasir mempunyai volume yang lebih sedikit ditempati oleh ruang pori. Ruang pori total pada tanah berpasir mungkin rendah, tetapi mempunyai proporsi yang besar yang disusun daripada komposisi pori-pori yang besar yang sangat efisien dalam pergerakan air dan udara. Pada tanah yang lembab dengan drainase yang baik ruang-ruang pori yang selalu dipenuhi udara, konsekuensinya mereka disebut pori-pori aerase atau makropori. Pori-pori yang kecil selalu cenderung dipenuhi air dan biasanya disebut kapiler (Madjid, 2010).
2.6  Hubungan Porositas Tanah Terhadap Produktivitas Tanaman
Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur granular atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sulit menahan air (Hardjowigeno, 1992).                    
       Porositas tanah merupakan perbandingan antara volume pori tanah dengan volume total tanah, yaitu menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu, dan liat) sampai pada partikel sekunder disebut juga agregat. Struktur dapat mengubah pengaruh tekstur dengan memperlihatkan hubungan kelembaban dengan udara (Hardjowigeno, 1992).  Porositas total tanah juga dapat dikatakan struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan mempunyai bentuk, ukuran, kemantapan yang berbeda-beda (Hardjowigeno, 1992).  
      Tanah yang baik adalah tanah yang mengandung udara dan airnya dalam jumlah cukup dan seimbang. Hal ini hanya terdapat pada struktur tanah yang ruang pori-porinya besar, dengan perbandingan yang sama antara pori-pori makro dan mikro serta tahan pukulan tetes-tetes air hujan. Dikatakan pula yang paling baik adalah bila perbandingan sama antara padatan air dan udara (Sutedjo, 1987).









III.             METODOLOGI
3.1.Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 19 November 2015,  pukul 10.00-Selesei WITA. Bertempat  di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum kerapatan isi dan porositas adalah ring sampel, palu dan ring drivers, pisau, karet penyambing ring, stop watc dan lup. Bahan yang digunakan adalah sampel tanah utuh dan air.
3.3 Prosedur Kerja
1.        Membersikan permukaan tanah dari tumbuhan dan serasah.
2.       Memasukkan ring sampel mengunakan drivers dan palu sampai bagian atas ring sampel terbenam 2 cm dari permukaan tanah.
3.       Mengeluarkan ring sampel dengan tanah yang ada didalamnya dengan cara menggalinya secara hati-hati agar tanah didalamnya tidak terganggu.
4.        Meratakan ring dengan pisau yang telah disediakan.
5.        Menimbang tanah bersama ringnya sebelum dimasukkan kedalam oven.
6.        Memasukkan tanah bersama ring kedalam oven.
7.        Mengeluarkan tanah dari oven kemudian memasukkannya kedalam desikator.
8.        Mengeluarkan tanah bersama ring dari desikator setelah 12 sampai 24 jam, timbang ring bersama tanah didalamnya.
9.        Mencatat hasil penimbangan pada lembar data.
10.    Menghitung kerapatan isi dengan rumus:
b = Mko/Vt
11.    Menghitung letak pori dengan rumus:
f = 1- b /Ps
Keterangan;
a.       Mko     = Massa tanah kering oven (g)
b.      Vt         = Volume tanah utuh ( )
c.       s           = Kerapatan partikel tanah




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan pengamatan kerapatan isi dan porositas yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 9. Pengamatan kerapatan isi dan porositas tanah.
Data
Ring
Kerapatan isi
1,06 g/cm3
Total pori 
0,6 m3/m3

4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa tanah berat tanah, air dan ring sebelum diovenkan adalah 409,5 gram dan setelah diovenkan berat tanah dan ring berubah menjadi 381,2 gram sehingga dapat diketahui bahwa kerapatan isi tanah tersebut adalah 1,06 g/cm3 dan total pori tanah tersebut adalah 0,6 m3/m3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan pori makro pada tanah tersebut adalah sedikit.
       Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat kita lihat bahwa keberadaan pori pada tanah tersebut hanya sedikit, jadi dapat disimpulkan bahwa tanah tesebut adalah tanah yang padat. Hal ini sesuai dengan pendapat Gusli (2015) yang mengemukakan bahwa tanah yang padat adalah tanah yang porsi padatannya lebih besar dari pada porsi rongga atau porinya.
       Jika dilihat dari porositas tanahnya, tanah tersebut adalah tanah yang berporositas rendah, karena tanah tersebut memiliki rongga yang kecil atau sedikit. Hal ini sesuai dengan pendapat Gusli (2015) yang mengemukakan bahwa tanah yang berporositas tinggi memiliki rongga yang besar karena partikel-partikelnya tersusun secara renggang (tidak rapat)
         Jika dilihat dari jumla pori tanah tersebut yang sedikit dapat disimpulkan bahwa tanah tersebut merupakan tanah yang kurang baik, karena tanah yang baik adalah tanah yang memiliki struktur tanah yang ruang pori-porinya besar Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa tanah yang baik adalah tanah yang mengandung udara dan air dalam jumla cukup dan seimbang. Hal ini hanya terdapat  pada tanah yang ruang pori-porinya besar, dengan perbandingan yang sama antara pori-pori makro dan mikro.
       Seperti yang kita ketahui bahwa tanah yang diteliti memiliki pori-pori yang kecil sehingga tanah tersebut tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman karena didalam tanah tersebut hanya terdapat air dan udara yang sedikit hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa tanah yang baik adalah tanah yang mengandung air dan udara yang cukup.




LAMPIRAN
Data
Ring
Berat ring (g)
94,49 gram
Diameter dalam ring (cm)
5,6 cm
Tinggi ring (cm)
7,3 cm
Berat tanah + air + ring (g)
409,5 gram
Berat tanah + ring (berat setelah di ovenkan) (g)
381,2 gram
Kerapatan isi (g cm-3)
1,06 g/cm2
Total pori  (f) (m3m-3)
0,6 m3/m3
Keberadaan pori makro (‘banyak’/’sedikit’)
Sedikit