LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
KADAR AIR TANAH
DI SUSUN OLEH :
NAMA : YOHANIS SARMA
NIM : G11115536
KELAS/ KELOMPOK : E /14
ASISTEN : MAGFIRAH DJAMALUDDIN
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kadar air tanah adalah
konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering. Kadar
air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada dalam tanah sesudah
kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata, biasanya dinyatakan
dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen adalah yang
dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan yang
terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara permanen sebagai
akibat pengurangan persediaan kelembaban tanah (Sutanto 2005).
Sebagian
besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air ini harus
tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan
berbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan
lainnya. Air merupakan substansi yang
paling umum di atas bumi dan diperlukan untuk semua kehidupan. Penyediaan air
tawar dalam jangka waktu lama selama terus-menerus sama dengan presipitasi
(hujan) tahunan yang rata-ratanya 26 inci (650 mm) untuk permukaan lahan dunia.
Air dibagikan tidak merata oleh curah hujan, berubah bentuk, berpindah dari
satu tempat ke tempat lainnya dan dapat tercemar (Hanafiah 2014).
Air
mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan
mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut
bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak
hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia,
hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi
tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang
berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman
memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati (Sutanto,
2005). Berdasarkan uraian diatas, maka
perlu diadakan praktikum pengamatan Kadar Air dalam langkah awal penelitian dan
pengamatan, karena kita ingin mengatahui kandungan air pada suatu jenis tanah.
Kandungan air dalam tanah sangat berpengaruh pada konsistensi tanah, dan
kesesuaian tanah untuk diolah.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum kadar air tanah ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kadar
air yang dapat ditampung oleh tanah beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Adapun kegunaan dari praktikum kadar air tanah adalah sebagai bahan
pertimbangan selanjutnya dan untuk menambah pengetahuan tentang kadar airdan
kaitannya dengan usaha mengelolah tanah pertanian.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kadar Air
Kadar air tanah adalah
konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering. Kadar air tanah
dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap
volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran
tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara
penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering
ovenkan dalam oven pada suhu 100 °C – 110 °C untuk waktu tertentu (Hakim, 1986).
Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air
yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula
menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro.
Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada
tanah. Penentuan
kandungan air dalam tanah dapat ditentukan dengan istilah nisbi, seperti basah
dan kering dan istilah jenuh atau tidak jenuh (Hakim, 1986).
Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat
dinyatakan atas dasar berat atau isi. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui
proses penggerakan air jenuh.Penggerakan air tidak hanya terjadi secara
vertikal tetapi juga horizontal. Tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman. Gaya gravitasi
tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal (Hakim, 1986).
2.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Air Tanah
Kadar air dalam tanah tergantung
pada banyaknya curah hujan, kemampuan tanah menahan air, besarnya
evapotranspirasi, kandungan bahan organik. Hal ini terkait dengan pengaruh
tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan
adsorptif, makin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar
kapasitas menyimpan air (Hanafiah, 2014).
Faktor
iklim dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor
iklim yang berpengaruh meliputi: curah hujan, temperatur, dan kecepatan angin.
Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran dalam
tanah, toleransi terhadap kekeringan, serta tingkat pertumbuhan. Iklim dalam hal ini cuaca dan penyebaran
vegetasi juga berpengaruh pada tingkat penyerapan air dalam tanah. Suhu dan
perubahan udara merupakan anomali cuaca yang berpengaruh terhadap efisiensi
penggunaan air tanah dan dapat hilang melalui saluran evaporasi pada permukaan
tanah prinsipnya terkait dengan suplai evapotranpirasi (Hanafiah, 2014).
Selain
sifat tanah, faktor tumbuhan dan iklim sangat mempengaruhi jumlah air yang
dapat diabsorsikan tumbuhan tanah, faktor-faktor tumbuhan antara lain, bentuk
perakaran, daya tahan terhadap kekeringan, tingkat dan stadia pertumbuhan.
Faktor iklim antara lain, temperatur, kelembaban dan kecepatan angin. Diantara
sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap jumlah air tersedia adalah daya
hisap (matrik dan osmotik), kedalaman tanah dan pelapisan tanah. Luas permukaan
penyerapan juga lebih banyak sehingga semakin tinggi bahan organik dalam tanah
maka makin tinggi juga kadar dan ketersediaan air tanah. Tanah di penjuru bumi
ini memiliki karakteristik tanah yang berbeda sehingga akan berpengaruh
terhadap kandungan air tanah itu sendiri (Hakim, 1986).
2.3
Hubungan Kadar Air dengan Pertumbuhan
Tanaman
Kadar
air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanah hampir
seluruhnya berasal dari udara dan atau atmosfer terutama didaerah tropis air
hujan itu dapat mrembes ke dalam tanah yang disebut infiltrasi. Sedangkan
sisanya mengalir di permukaan tanah sebagai aliran permukaan tanah. Air
infiltrasi tadi bila dalam jumlah banyak dan terus merembes kedalam tanah
secara vertikal dan meninggalkan daerahnya perakaranya yang disebut perkolasi,
yang akhirnya sampai pada lapisan yang kedap air yang kemudian berkumpul disitu
menjadi air tanah atau sering disebut ground
water (Hanafiah, 2014).
Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman
dicari dengan jalan penentuan kandungan air pada tanaman lapang dikurangi
dengan persentase keadaan tanah padaa titik layu permanen. Dalam hal ini
nilai-nilainya sangat ditentukan terutama oleh tekstur tanah. Tekstur tanah
yang lebih tinggi mempunyai tekstur yang halus, sebaliknya tekstur yang rendah
mempunyai tekstur yang kasar nilainya akan lebih rendah lagi dibandingkan
dengan hal yang tadi. Kapasitas kandungan air tanah maksimum adalah jumlah air
maksimal yang dapat ditampung oleh tanah setelah hujan turun dengan sangat
lebat atau besar. Semua pori-pori tanah baik makro maupun mikro, dalam keadaan
terisi oleh angin sehingga tanah menjadi jenuh dengan air (Hanafiah, 2014).
Kekurangan air bagi tanaman menyebabkan
proses aktivitas dan fisiologis tanaman terhambat bahkan tidak akan berjalan,
tanaman yang kekurangan air akan menyebabkan tanaman layu dan akhirnya
menyebabkan kematian. Jaringan-jaringan tanaman tidak lagi berfungsi baik.
Sedangkan kelebihan air pada tanaman akan meyebabkan permukaan tanah tempat
tanaman hidup akan lembab karena kelebihan air, keadaan lembab tersebut
memunculkan mikro organisme jamur yang mengakibatkan tumbuhnya penyakit bagi
tanaman (Sutanto 2005)
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 04 November 2015
untuk pengeringan tanah dan hari Kamis, 05 November 2015 untuk perhitungan
kadar air tanah pukul 10.00 WITA di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,
Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Pada
praktikum ini, alat yang digunakan adalah cawan petridish, desikator, oven dan
timbangan. Dan bahan yang digunakan adalah tanah kering udara lapisan satu,
air, dan mistar.
3.3
Prosedur Kerja
Adapun
langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pengamatan kadar air tanah
sebagai berikut :
1. Menimbang
cawan petridish, kemudian menambahkan 20 gram tanah kering udara
2. Mengeringkan
di dalam oven suhu 105 °C selama 2 x 24 jam;
3. Mengeluarkan
cawan petridish dan tanah dari oven, mendinginkan dalam desikator kemudian
menimbang cawan petridish bersama tanah.
4. Menghitung
dengan menggunakan rumus :
Kandungan air
tanah = (b-a)-(c-a) x100%
(c-a)
Keterangan:
· Berat cawan Petridis = a gram
· Berat cawan petridish + tanah kering
udara = b gram
· Berat cawan petridish + tanah kering
oven = c gram
· Berat tanah kering udara = (b – a)
· Berat tanah kering oven = (c – a)
· Berat air yang hilang = (b – c)
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut
Tabel 6. Hasil pengamatan kandungan
air tanah lapisan I, II, dan III.
Lapisan Tanah
|
Kandungan Air Tanah
|
Lapisan I
|
0 %
|
Lapisan II
|
5,26 %
|
Lapisan III
|
23 %
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa kadar air pada setiap lapisan tanah
berbeda-beda, pada lapisan I kadar airnya 0 %, lapisan II kadar airnya 5,26 %
dan lapisan III kadar airnya 23 %. Hal ini dipengaruhi oleh besar kecilnya pemberian
air pada permukaan tanah, karena pada saat pengambilan sampel tanah saat itu
adalah musim kemarau jadi otomatis pemberian air pada tanah terhenti sehingga
menyebabkan air akan turun pada lapisan bawah itulah sebabnya pada lapisan satu
lebih sedikit kadar airnya dibanding lapisan dibawahnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Buckman and Brady (1982) yang menyatakan bahwa jika pemberian air pada
permukaan tanah dihentikan, air akan turun ke bawah lebih cepat.
Seperti yang kita ketahui berdasarkan
tabel diatas menunjukkan bahwa lapisan satu memiliki kandungan air 0 % hal ini
disebabkan karena kandungan bahan organiknya sangat rendah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa kadar air tanah
dipengaruhi oleh kadar bahan organik, makin tinggi kadar bahan organik tanah
akan makin tinggi kadar airnya.
Jika diperhatikan pada tabel diatas dari
lapisan paling atas atau lapisan I sampai pada lapisan paling bawah atau
lapisan III, dapat dilihat bahwa semakin kebawah kandungan kadar airnya semakin
banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa
makin dalam kedalaman solum tanah maka kadar air juga semakin tinggi.
Jika kita perhatikan pada lapisan I yang
hampir tidak memiliki kandungan air maka dapat disimpulkan bahwa tanah pada
lapisan satu selain memiliki sedikit bahan organik lapisan satu juga memiliki
tekstur kasar dan berpori sedikit. Hal ini sesuai dengan Hardjowigeno (1987),
yang menyatakan bahwa tanah–tanah
bertekstur kasar dan berpori sedikit mempunyai daya menahan air lebih kecil
daripada tanah bertekstur halus.
Berdasarkan tabel diatas dapat kita
ketahui bahwa tanah yang diamati memiliki kadar air yang sangat rendah yang
artinya tanah tersebut juga memiliki sedikit bahan organik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tanah yang diamati tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman
karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman tersebut akibat dari kurangnya
kadar air dan bahan organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2005) yang
mengemukakan bahwa kekurangan air bagi tanaman menyebabkan proses aktivitas dan
fisiologis tanaman terhambat bahkan tidak akan berjalan, tanaman yang
kekurangan air akan menyebabkan tanaman layu dan akhirnya menyebabkan kematian.
Jaringan-jaringan tanaman tidak lagi berfungsi baik.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari
praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kandungan kadar air pada
lapisan I adalah 0 %, kandungan air pada lapisan II adalah 5,26 dan lapisan III
memiliki kandungan kadar air 23 %. Faktor yang mempengaruhi kadar air pada
tanah yang diamati adalah besar kecilnya air yang diberikan, kandungan bahan
organik, kedalaman tanah, tekstur tanah dan pori tanah.
5.2 Saran
Sebelum
membuka lahan pertanian sebaiknya terlebih dahulu kita mengetahui kadar air
pada tanah tersebut. Pembuatan irigasi dan drainase yang baik di lahan yang
kurang kadar airnya dapat membantu meningkatkan persentase kadar air sehingga
layak untuk dijadikan lahan pertanian yang subur.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H.
O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Hakim.
N. Et al. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Penerbit Universitas Lampung.
Hanafiah,
K.A. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Rajawali Pers.
Hardjowigeno, Sarwono H. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademik Pressindo.
Sutanto,
Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah
Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.
LAMPIRAN
Perhitungan Nilai Kadar
Air Tanah dengan Metode Gravimetrik:
Lapisan
I
Diketahui:
a = 28,6 gram
b = 48,6 gram
(b – a) = 48,6 – 28,6 = 20 gram
(c – a) = 48,6 – 28,6 = 20 gram
c = 48,6 gram
Ditanyakan:
Penyelesaian:
Lapisan
II
Diketahui:
a = 7,4 gram
b = 27,4 gram
(b – a) = 27,4 – 7,4 = 20 gram
(c – a) = 26,4 – 7,4 = 19 gram
c = 26,4 gram
Ditanyakan:
Penyelesaian: