Minggu, 24 Januari 2016

Laporan Kadar Air Tanah

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH


KADAR AIR TANAH







DI SUSUN OLEH :

NAMA                                    : YOHANIS SARMA
            NIM                                        : G11115536
            KELAS/ KELOMPOK          : E /14
            ASISTEN                               : MAGFIRAH DJAMALUDDIN




LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015




I. PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang  
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata, biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen adalah yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara permanen sebagai akibat pengurangan persediaan kelembaban tanah (Sutanto 2005).
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan berbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan lainnya.  Air merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan untuk semua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama terus-menerus sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang rata-ratanya 26 inci (650 mm) untuk permukaan lahan dunia. Air dibagikan tidak merata oleh curah hujan, berubah bentuk, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat tercemar (Hanafiah 2014).
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati (Sutanto, 2005).  Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diadakan praktikum pengamatan Kadar Air dalam langkah awal penelitian dan pengamatan, karena kita ingin mengatahui kandungan air pada suatu jenis tanah. Kandungan air dalam tanah sangat berpengaruh pada konsistensi tanah, dan kesesuaian tanah untuk diolah.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum kadar air tanah ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kadar air yang dapat ditampung oleh tanah beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun kegunaan dari praktikum kadar air tanah adalah sebagai bahan pertimbangan selanjutnya dan untuk menambah pengetahuan tentang kadar airdan kaitannya dengan usaha mengelolah tanah pertanian.




II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Kadar Air
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering. Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100 °C – 110 °C untuk waktu tertentu (Hakim, 1986).
Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Penentuan kandungan air dalam tanah dapat ditentukan dengan istilah nisbi, seperti basah dan kering dan istilah jenuh atau tidak jenuh (Hakim, 1986).
Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat dinyatakan atas dasar berat atau isi. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air jenuh.Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga horizontal. Tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal (Hakim, 1986).
2.2  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Air Tanah
Kadar air dalam tanah tergantung pada banyaknya curah hujan, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi, kandungan bahan organik. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorptif, makin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar kapasitas menyimpan air (Hanafiah, 2014).
Faktor iklim dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor iklim yang berpengaruh meliputi: curah hujan, temperatur, dan kecepatan angin. Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran dalam tanah, toleransi terhadap kekeringan, serta tingkat pertumbuhan.  Iklim dalam hal ini cuaca dan penyebaran vegetasi juga berpengaruh pada tingkat penyerapan air dalam tanah. Suhu dan perubahan udara merupakan anomali cuaca yang berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan air tanah dan dapat hilang melalui saluran evaporasi pada permukaan tanah prinsipnya terkait dengan suplai evapotranpirasi (Hanafiah, 2014).
Selain sifat tanah, faktor tumbuhan dan iklim sangat mempengaruhi jumlah air yang dapat diabsorsikan tumbuhan tanah, faktor-faktor tumbuhan antara lain, bentuk perakaran, daya tahan terhadap kekeringan, tingkat dan stadia pertumbuhan. Faktor iklim antara lain, temperatur, kelembaban dan kecepatan angin. Diantara sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap jumlah air tersedia adalah daya hisap (matrik dan osmotik), kedalaman tanah dan pelapisan tanah. Luas permukaan penyerapan juga lebih banyak sehingga semakin tinggi bahan organik dalam tanah maka makin tinggi juga kadar dan ketersediaan air tanah. Tanah di penjuru bumi ini memiliki karakteristik tanah yang berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap kandungan air tanah itu sendiri (Hakim, 1986).

2.3  Hubungan Kadar Air dengan Pertumbuhan Tanaman
Kadar air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanah hampir seluruhnya berasal dari udara dan atau atmosfer terutama didaerah tropis air hujan itu dapat mrembes ke dalam tanah yang disebut infiltrasi. Sedangkan sisanya mengalir di permukaan tanah sebagai aliran permukaan tanah. Air infiltrasi tadi bila dalam jumlah banyak dan terus merembes kedalam tanah secara vertikal dan meninggalkan daerahnya perakaranya yang disebut perkolasi, yang akhirnya sampai pada lapisan yang kedap air yang kemudian berkumpul disitu menjadi air tanah atau sering disebut ground water  (Hanafiah, 2014).
 Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman dicari dengan jalan penentuan kandungan air pada tanaman lapang dikurangi dengan persentase keadaan tanah padaa titik layu permanen. Dalam hal ini nilai-nilainya sangat ditentukan terutama oleh tekstur tanah. Tekstur tanah yang lebih tinggi mempunyai tekstur yang halus, sebaliknya tekstur yang rendah mempunyai tekstur yang kasar nilainya akan lebih rendah lagi dibandingkan dengan hal yang tadi. Kapasitas kandungan air tanah maksimum adalah jumlah air maksimal yang dapat ditampung oleh tanah setelah hujan turun dengan sangat lebat atau besar. Semua pori-pori tanah baik makro maupun mikro, dalam keadaan terisi oleh angin sehingga tanah menjadi jenuh dengan air (Hanafiah, 2014).
Kekurangan air bagi tanaman menyebabkan proses aktivitas dan fisiologis tanaman terhambat bahkan tidak akan berjalan, tanaman yang kekurangan air akan menyebabkan tanaman layu dan akhirnya menyebabkan kematian. Jaringan-jaringan tanaman tidak lagi berfungsi baik. Sedangkan kelebihan air pada tanaman akan meyebabkan permukaan tanah tempat tanaman hidup akan lembab karena kelebihan air, keadaan lembab tersebut memunculkan mikro organisme jamur yang mengakibatkan tumbuhnya penyakit bagi tanaman (Sutanto 2005)



        III.  METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 04 November 2015 untuk pengeringan tanah dan hari Kamis, 05 November 2015 untuk perhitungan kadar air tanah pukul 10.00 WITA di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2  Alat dan Bahan
Pada praktikum ini, alat yang digunakan adalah cawan petridish, desikator, oven dan timbangan. Dan bahan yang digunakan adalah tanah kering udara lapisan satu, air,  dan mistar.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pengamatan kadar air tanah sebagai berikut :
1.    Menimbang cawan petridish, kemudian menambahkan 20 gram tanah kering udara
2.    Mengeringkan di dalam oven suhu 105 °C selama 2 x 24 jam;
3.    Mengeluarkan cawan petridish dan tanah dari oven, mendinginkan dalam desikator kemudian menimbang cawan petridish bersama tanah.
4.    Menghitung dengan menggunakan rumus :

Kandungan air tanah = (b-a)-(c-a) x100%
                          (c-a)
Keterangan:
·      Berat  cawan Petridis                                    = a gram
·      Berat cawan petridish + tanah kering udara = b gram
·      Berat cawan petridish + tanah kering oven  = c gram
·      Berat tanah kering udara                              = (b – a)
·      Berat tanah kering oven                                = (c – a)
·      Berat air yang hilang                                     = (b – c)







IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut
Tabel 6. Hasil pengamatan kandungan air tanah lapisan I, II, dan III.
Lapisan Tanah
Kandungan Air Tanah
Lapisan I
0 %
Lapisan II
5,26 %
Lapisan III
23 %


4.2  Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kadar air pada setiap lapisan tanah berbeda-beda, pada lapisan I kadar airnya 0 %, lapisan II kadar airnya 5,26 % dan lapisan III kadar airnya 23 %. Hal ini dipengaruhi oleh besar kecilnya pemberian air pada permukaan tanah, karena pada saat pengambilan sampel tanah saat itu adalah musim kemarau jadi otomatis pemberian air pada tanah terhenti sehingga menyebabkan air akan turun pada lapisan bawah itulah sebabnya pada lapisan satu lebih sedikit kadar airnya dibanding lapisan dibawahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman and Brady (1982) yang menyatakan bahwa jika pemberian air pada permukaan tanah dihentikan, air akan turun ke bawah lebih cepat.
Seperti yang kita ketahui berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa lapisan satu memiliki kandungan air 0 % hal ini disebabkan karena kandungan bahan organiknya sangat rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik, makin tinggi kadar bahan organik tanah akan makin tinggi kadar airnya.
Jika diperhatikan pada tabel diatas dari lapisan paling atas atau lapisan I sampai pada lapisan paling bawah atau lapisan III, dapat dilihat bahwa semakin kebawah kandungan kadar airnya semakin banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa makin dalam kedalaman solum tanah maka kadar air juga semakin tinggi.
Jika kita perhatikan pada lapisan I yang hampir tidak memiliki kandungan air maka dapat disimpulkan bahwa tanah pada lapisan satu selain memiliki sedikit bahan organik lapisan satu juga memiliki tekstur kasar dan berpori sedikit. Hal ini sesuai dengan Hardjowigeno (1987), yang menyatakan bahwa  tanah–tanah bertekstur kasar dan berpori sedikit mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus.


Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa tanah yang diamati memiliki kadar air yang sangat rendah yang artinya tanah tersebut juga memiliki sedikit bahan organik. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanah yang diamati tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman tersebut akibat dari kurangnya kadar air dan bahan organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2005) yang mengemukakan bahwa kekurangan air bagi tanaman menyebabkan proses aktivitas dan fisiologis tanaman terhambat bahkan tidak akan berjalan, tanaman yang kekurangan air akan menyebabkan tanaman layu dan akhirnya menyebabkan kematian. Jaringan-jaringan tanaman tidak lagi berfungsi baik.




V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kandungan kadar air pada lapisan I adalah 0 %, kandungan air pada lapisan II adalah 5,26 dan lapisan III memiliki kandungan kadar air 23 %. Faktor yang mempengaruhi kadar air pada tanah yang diamati adalah besar kecilnya air yang diberikan, kandungan bahan organik, kedalaman tanah, tekstur tanah dan pori tanah.
5.2 Saran
Sebelum membuka lahan pertanian sebaiknya terlebih dahulu kita mengetahui kadar air pada tanah tersebut. Pembuatan irigasi dan drainase yang baik di lahan yang kurang kadar airnya dapat membantu meningkatkan persentase kadar air sehingga layak untuk dijadikan lahan pertanian yang subur.







DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H. O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Hakim. N. Et al. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Penerbit Universitas Lampung.
Hanafiah, K.A.  2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Rajawali Pers.
Hardjowigeno, Sarwono H. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta:  Akademik Pressindo.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.







LAMPIRAN
Perhitungan Nilai Kadar Air Tanah dengan Metode Gravimetrik:
Lapisan I
Diketahui:
a = 28,6 gram
b = 48,6 gram
(b – a) = 48,6 – 28,6 = 20 gram
(c – a) = 48,6 – 28,6 = 20 gram
c = 48,6 gram
Ditanyakan:
Penyelesaian:

Lapisan II
Diketahui:
a = 7,4 gram
b = 27,4 gram
(b – a) = 27,4 – 7,4 = 20 gram
(c – a) = 26,4 – 7,4 = 19 gram
c = 26,4 gram
Ditanyakan:
Penyelesaian:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar