Selasa, 19 Januari 2016

Laporann Kadar Air kapasitas POT dan kapasitas Lapang


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH


KADAR AIR KAPASITAS POT DAN KAPASITAS LAPANG






DI SUSUN OLEH :

NAMA                                    : YOHANIS SARMA
            NIM                                        : G11115536
            KELAS/ KELOMPOK          : E /14
            ASISTEN                               : MAGFIRAH DJAMALUDDIN




LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015


PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang cukup banyak di dunia ini, ditandai dengan adanya lautan, sungai, danau dan lain-lain sebagainya. Tanah memegang peranan penting dalam melakukan prespitasi air yang masuk ke dalam tanah, selanjutnya sekitar 70% dari air yang diterima di evaporasi dan dikembalikan ke atmosfer berupa air, dan tanah memegang peranan penting dalam refersi dan penyimpanan. Sisanya itulah yang digunakan untuk kebutuhan tranpirasi, evaporasi dan pertumbuhan tanaman (Hanafiah,2014).
Kandungan air dalam tanah dapat ditemukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah nisbi, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kandungan air dan karena itu dapat ditafsirkan bermacam-macam. Walaupun penentuan kandungan air tanah didasarkan pada pengukuran gravimetrik, tetapi jumlah air lebih mudah dinyatakan dalam hitungan volumetrik seperti nisbah air (Hakim, 1986).
Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi dalam proses asimilasi. Reaksi kimia dalam tanah hanya berlangsung bila terdapat air. Pelepasan unsur-unsur hara dari mineral primer terutama juga karena pengaruh air, yang kemudian mengangkutnya ke tempat lain (pencucian unsur hara). Sebaliknya kemampuan air menghanyutkan unsur hara dapat pula dimanfaatkan untuk mencuci garam-garam yang berada dalam tanah (Hanafiah 2014).
Konsistensi tanah dan kesesuaian tanah untuk diolah sangat dipengaruhi oleh kandungan air tanah. Demikian pula daya dukung tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan air dalam tanah. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu melaksanakan pengamatan penetapan Kadar Air tanah untuk mengetahui proses dan berapa jumlah air yang dikandung oleh tanah.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum penetapan kadar air tanah ini adalah untuk mengetahui kadar air tanah pada tanah lapisan I dan lapisan II yang telah di ambil di lapangan, serta faktor – faktor yang mempengaruhinya. Kegunaan dari praktikum penetapan kadar air tanah ini adalah sebagai bahan informasi mengenai kadar air yang dikandung oleh tanah yang dapat digunakan sebagai lahan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kadar Air Kapasitas Pot
Kita sering menggunakan pot untuk menanam bunga atau tanaman hias, atau untuk kegiatan penelitian yang melibatkan tanaman sebagai indikator. Agar tanaman tidak kekurangan air, kita melakukan penyiraman secara teratur dan terukur. Memberikan air yang kurang akan menghambat pertumbuhan tanaman. Namun memberikan air yang berlebih, selain boros juga akan menyebabkan tanaman kekurangan oksigen (Gusli 2015).
            Bila tanah dalam pot ditambahkan air hingga jenuh, maka air yang berlebih akan menetes disebut sebagai media yang bocor hingga akhirnya air grafitasi ini akan habis. Biasanya dalam waktu satu hingga dua jam tetesan air akan berhenti, namun banyak yang membiarkan hingga satu hari. Saat air benar-benar berhenti menetes dari pot tersebut, tanah tersebut berada pada status air kapasitas pot (pot capacity water content), yaitu batas kemampuan tanah menyimpan air dalam pot. Air yang menetes dari kondisi jenuh air hingga terjadi kapasitas pot merupakan air grafitasi, mengalir meninggalkan tanah didalam pot. Artinya, bila menyiram tanah dalam pot untuk keperluan penanaman tanaman atau penelitian, tanah tidak boleh disiram melampaui kapasitas pot (Gusli 2015).
Alasan mencukupi kebutuhan volume media tanam tanaman dalam pot merupakan hal yang dianggap cukup untuk tidak perlu diketahui pada sebagian orang. Sering kali kita melakukan tindakan memindahkan tanaman ke dalam pot yang lebih besar berdasarkan pada alasan kondisi fisik tanaman sudah melebihi kapasitas pot. Alasan itu ada benarnya. Semakin besar fisik tanaman, semakin besar kebutuhan ruang untuk akar guna mendukung fisik tanaman (Ramlee, 2013).
2.2 Kadar Air Kapasitas Lapang
Tanah yang disiram hingga jenuh dilapangan (bukan tanah dalam pot), maka yang diperoleh adalah apa yang disebut sebagai kadar air pada kapasitas lapang (field capacity water content), yaitu batas-batas dari kemampuan tanah dilapangan menyimpan air. Diatas kapasitas lapang tidak dapat menyimpan airnya (Gusli, 2015).
Kapasitas lapang adalah persentase kelembaban yang ditahan oleh tanah sesudah terjadinya drainase dan kecepatan gerakan air ke bawah menjadi sangat lambat. Keadaan ini terjadi dua sampai tiga hari sesudah hujan jatuh yaitu bila tanah cukup mudah ditembus oleh air, tekstur dan struktur tanahnya uniform dan pori-pori tanah belum semua terisi oleh air dan temperatur yang cukup tinggi. Kelembaban pada saat ini berada di antara 5 - 40%. Selama air di dalam tanah masih lebih tinggi dari pada kapasitas lapang maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air kapiler selalu dapat mengganti kehilangan air karena proses evaporasi. Bila kelembaban tanah turun sampai di bawah kapasitas lapang maka air menjadi tidak mobile (dapat bergerak). Akar-akar akan membentuk cabang-cabang lebih banyak, pemanjangan lebih cepat untuk mendapatkan suatu air bagi konsumsinya (Sutanto 2005).
Oleh karena itu akar-akar tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang kandungan air di bawah kapasitas lapang akan selalu becabang-cabang dengan hebat sekali. Kapasitas lapang sangat penting pula artinya karena dapat menunjukkan kandungan maksimum dari tanah dan dapat menentukan jumlah air pengairan yang diperlukan untuk membasahi tanah sampai lapisan di bawahnya.Tergantung dari tekstur lapisan tanahnya maka untuk menaikkan kelembaban sampai kapasitas lapang diperlukan air pengairan sebesar 0,5 – 3 inci (Sutanto 2005).
2.3 Perbedaan Kapasitas Pot dan Dan Kapasitas Lapang
Meskipun terdapat kemiripan dan perbedaan mendasar antara kapasitas lapang dengan kapasitas pot, baik dalam proses pencapaiannya maupun kadar air pada kapasitas lapang, kadar air yang dicapai lebih rendah dari pada kapasitas pot. Ini terjadi karena dilapangan air grafitasi bergerak kelapisan kebawah melalui kontak hidraulik yang kontinyu sebagai akibat perbedaan potensial air, dari tinggi kelapisan dibawahnya yang lebih kering. Proses ini tidak terjadi dalam pot. Dari tanah yang jenuh air didalam pot. Akibatnya, kadar air pada kapasitas pot lebih besar dari pada kadar air pada kapasitas lapangan (Gusli, 2015).



III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktikum kadar air tanah bertempat di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada Rabu, 4 November 2015 pukul 10.00 WITA untuk pengeringan tanah dan hari Kamis, 5 November 2015 untuk menghitung kandungan  air tanah.

3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk praktikum kadar air tanah yaitu tiga buah pot kapasitas 5 liter, timbangan digital yang berskala kepekaan dua angka dibelakang koma dan timbangan kapasitas 10 kg, oven dan pisau lapangan. Bahan yang digunakan untuk praktikum kadar air tanah yaitu tanah elfisol yang telah dikering udarakan dan diayak melewati saringan 2 mm, air dan lembar plastik hitam.

3.3. Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur Kerja Kapasitas Pot
a.    Mengering udarakan tanah lapisan atas, lalu diayak melewati saringan 2 mm.
b.    Menimbang tanah 5 kg, lalu memasukkannya kedalam pot kapasitas 5 L.
c.    Menyiram tanah secara perlahan hingga jenuh air dan agak menggenang.
d.   Membiarkan air menetes hingga 24 jam.
e.    Mengambil contoh tanah basah sebanyak satu sendok makan pada kedalaman 1 sampai 5 cm.
f.     Menimbang contoh tanah bersama wadahnya.
g.    Memasukkan contoh tanah kedalam oven selama 24 jam pada suhu 105°C.
h.    Mengeluarkan sampel tanah dari oven setelah 24 jam, langsung dimasukkan kedalam desikator, tunggu beberapa jam. Lalu ditimbang bersama wadahnya.
i.      Menghitung air kapasitas pot dengan rumus :


Keterangan:
1.      Berat  cawan Petridis                                             = a gram
2.      Berat cawan petridish + tanah kering udara          = b gram
3.      Berat cawan petridish + tanah kering oven            = c gram
4.      Berat tanah kering udara                                        = (b – a)
5.      Berat tanah kering oven                                         = (c – a)
6.      Berat air yang hilang                                              = (b – c)

3.3.2 Prosedur Kerja Kapasitas Lapang
a.    Membersikan rerumputan pada area 1 m x 1 m.
b.    Membuat pematang (tinggi 20 cm dan lebar 20 cm)
c.    Menyirami permukaan tanah petakan  dengan cepat  sebanyak 20 L.
d.   Menutup petakan dengan dengan plastik hitam lalu taburi pangkasan rumput diatasnya.
e.    Menyingkirkan dan membuka tutup plastik tersebut setelah 24 jam kemudian.
f.     Mengambil contoh tanah pada empat titik yang mewakili petakan masing-masing sebanyak dua sendok makan pada kedalaman 2 sampai 5 cm.
g.    Meletakkan tanah pada wadah yang telah disediakan. Menimbang berat basah tanah bersama wadahnya. Kemidian dicatat pada lembar data.
h.    Memasukkan contoh tanah kedalam oven 24 jam  pada suhu 105°C.
i.      Memasukkan contoh tanah yang telah diovenkan kedalam desikator dan diamkan selama beberapa jam. Timbang berat tanah kering dan catat pada lembar data.
j.      Menghitung kadar air dengan rumus yang telah ditentukan.





IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 7. Data kapasitas pot dan kapasitas lapang.
Pengukuran
Nilai bacaan
Kadar air kapasitas pot (hasil hitungan) (g/g)
20 %
Kadar air kapasitas lapang (hasil hitungan) (g/g)
6,34 %

4.2 Pembahasan
Dari pengamatan yang telah dilakukan dengan diketahui berat awal tanah basah bersama wadahnya pada kadar air kapasitas pot adalah 17,7 gram dan berat tanah bersama wadah sesudah diovenkan adalah 15 gram. Jadi dapat disimpulkan bahwa kadar air kapasitas pot berdasarkan tabel diatas adalah 20 %. Kadar air dilapangan yang berada di empat titik yaitu titik 1 memimiliki kadar air 2,45%, titik 2 memiliki kadar air 7,21%, titik 3 memiliki kadar air 1,89% dan titik 4 memiliki kadar air 13,79%.
            Jika kita perhatikan pada kedua tabel diatas yaitu kadar air kapasitas pot dan kadar air kapasitas lapang dapat diketahui bahwa tanah pada kadar air kapasitas pot memiliki kadar air yang cukup banyak yaitu 20% sedangkan pada tanah kadar air kapasitas lapang memiliki kadar air yang cukup rendah  yaitu rata pada setiap titik rata-rata 6,33% jadi dapat disimpulkan bahwa tanah pada kapasitas pot  memiliki bahan organik yang cukup tinggi sedangkan tanah kapasitas lapang memilik sedikiti bahan organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik, makin tinggi kadar bahan organik tanah akan makin tinggi kadar airnya.  
            Berdasarkan tabel diatas pada kadar air kapasitas lapang, dapat kita lihat bahwa kadar air kapasitas lapang memiliki kadar air lebih sedikit dibanding kadar air kapasitas pot.  Hal ini dsebabkan karena air pada kapasitas lapang terus  bergerak kelapisan bawah. Hal ini sesuai dengan pendapat Gusli (2015) yang mengemukakan bahwa dilapangan air gravitasi bergerak kelapisan bawah melalui kontak hidraulik yang kontinyu sebagai akibat perbedaan potensial air, dari tinggi kelapisan dibawahnya yang lebih kering. Proses ini tidak terjadi dalam pot. 
            Dari pengamatan ini kita bisa memprediksi bahwa tanah pada kapsitas pot memiliki sedikit senyawa kimia dan memiliki kedalaman solum yang cukup besar karena menurut Hakim (1986) menyatakan bahwa makin banyak senyawa kimia, maka makin rendah kadar air tanah, makin dalam keadaan solum maka semakin besar kadar airnya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tanah pada kapsitas pot memiliki kadar air yang cukup besar yaitu 20% dan pada kapasitas lapang memiliki lebih sedikit kadar air  dibanding kapasitas pot yaitu  6,34 %.  
5.2 Saran
Sebaiknya pengamatan yang dilakukan di laboratorium dilakukan secara hati-hati dan teliti agar penentuan kadar air pada suatu tanah tepat dan benar. Jika kita menemukan tanah yang kadar airnya rendah sebaiknya diberikan irigasi sehingga kadar airnya dapat normal untuk dimanfaatkan menanam tanaman yang dapat memberikan keuntungan. 

DAFTAR PUSTAKA
Gusli, S. 2015. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu tanah. Makassar: Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
Hakim. N. Et al. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Penerbit Universitas Lampung.
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers
Ramlee, Omar. 2013. Kebun di Rumah. Jakarta: Word Press
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.



LAMPIRAN
Tabel 8.2. Data hasil pengamatan kapasitas pot :
Pengukuran
Nilai bacaan
Kapasitas pot :

Berat  wadah (g)
7,4 gram
Berat tanah basah (kap.pot) bersama wadah
17,7 gram
Berat tanah kering oven bersama wadah (g)
15 gram
Kadar air kapasitas pot (hasil hitungan) (g/g)
35,53 %

Tabel 8.3. Data hasil pengamatan kapasitas lapang :
Pengukuran
Nilai bacaan
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
Kapasitas lapang :




Berat  wadah (g)
7,6 gram
7,5 gram
8,5 gram
5,3 gram
Berat tanah basah (kap.pot) bersama wadah
41 gram
38,7 gram
30 gram
35 gram
Berat tanah kering oven bersama wadah (g)
40,2 gram
36,6 gram
29,6 gram
31, 4 gram
Kadar air kapasitas lapang (hasil hitungan) (g/g)
2,45 %
7,21 %
1,89 %
13,79 %















1 komentar: