LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
KADAR AIR KAPASITAS POT DAN KAPASITAS LAPANG
DI SUSUN OLEH :
NAMA : YOHANIS SARMA
NIM : G11115536
KELAS/ KELOMPOK : E /14
ASISTEN : MAGFIRAH DJAMALUDDIN
LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang
cukup banyak di dunia ini, ditandai dengan adanya lautan, sungai, danau dan
lain-lain sebagainya. Tanah memegang peranan penting dalam melakukan prespitasi
air yang masuk ke dalam tanah, selanjutnya sekitar 70% dari air yang diterima
di evaporasi dan dikembalikan ke atmosfer berupa air, dan tanah memegang
peranan penting dalam refersi dan penyimpanan. Sisanya itulah yang digunakan
untuk kebutuhan tranpirasi, evaporasi dan pertumbuhan tanaman (Hanafiah,2014).
Kandungan
air dalam tanah dapat ditemukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah
nisbi, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti
tentang kandungan air dan karena itu dapat ditafsirkan bermacam-macam. Walaupun
penentuan kandungan air tanah didasarkan pada pengukuran gravimetrik, tetapi
jumlah air lebih mudah dinyatakan dalam hitungan volumetrik seperti nisbah air
(Hakim, 1986).
Air
diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain
untuk memenuhi transpirasi dalam proses asimilasi. Reaksi kimia dalam tanah
hanya berlangsung bila terdapat air. Pelepasan unsur-unsur hara dari mineral
primer terutama juga karena pengaruh air, yang kemudian mengangkutnya ke tempat
lain (pencucian unsur hara). Sebaliknya kemampuan air menghanyutkan unsur hara dapat pula dimanfaatkan untuk
mencuci garam-garam yang berada dalam tanah (Hanafiah 2014).
Konsistensi
tanah dan kesesuaian tanah untuk diolah sangat dipengaruhi oleh kandungan air
tanah. Demikian pula daya dukung tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan air
dalam tanah. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu melaksanakan pengamatan
penetapan Kadar Air tanah untuk mengetahui proses dan berapa jumlah air yang
dikandung oleh tanah.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum
penetapan kadar air tanah ini adalah untuk mengetahui kadar air tanah pada
tanah lapisan I dan lapisan II yang telah di ambil di lapangan, serta faktor –
faktor yang mempengaruhinya. Kegunaan dari praktikum penetapan kadar air tanah
ini adalah sebagai bahan informasi mengenai kadar air yang dikandung oleh tanah
yang dapat digunakan sebagai lahan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kadar Air Kapasitas Pot
Kita
sering menggunakan pot untuk menanam bunga atau tanaman hias, atau untuk
kegiatan penelitian yang melibatkan tanaman sebagai indikator. Agar tanaman
tidak kekurangan air, kita melakukan penyiraman secara teratur dan terukur.
Memberikan air yang kurang akan menghambat pertumbuhan tanaman. Namun
memberikan air yang berlebih, selain boros juga akan menyebabkan tanaman
kekurangan oksigen (Gusli 2015).
Bila tanah dalam pot ditambahkan air
hingga jenuh, maka air yang berlebih akan menetes disebut sebagai media yang
bocor hingga akhirnya air grafitasi ini akan habis. Biasanya dalam waktu satu
hingga dua jam tetesan air akan berhenti, namun banyak yang membiarkan hingga
satu hari. Saat air benar-benar berhenti menetes dari pot tersebut, tanah
tersebut berada pada status air kapasitas pot (pot capacity water content), yaitu batas kemampuan tanah menyimpan
air dalam pot. Air yang menetes dari kondisi jenuh air hingga terjadi kapasitas
pot merupakan air grafitasi, mengalir meninggalkan tanah didalam pot. Artinya,
bila menyiram tanah dalam pot untuk keperluan penanaman tanaman atau
penelitian, tanah tidak boleh disiram melampaui kapasitas pot (Gusli 2015).
Alasan mencukupi kebutuhan volume media
tanam tanaman dalam pot merupakan hal yang dianggap cukup untuk tidak perlu
diketahui pada sebagian orang. Sering kali kita melakukan tindakan memindahkan
tanaman ke dalam pot yang lebih besar berdasarkan pada alasan kondisi fisik
tanaman sudah melebihi kapasitas pot. Alasan itu ada benarnya. Semakin besar
fisik tanaman, semakin besar kebutuhan ruang untuk akar guna mendukung fisik
tanaman (Ramlee, 2013).
2.2 Kadar Air Kapasitas Lapang
Tanah
yang disiram hingga jenuh dilapangan (bukan tanah dalam pot), maka yang
diperoleh adalah apa yang disebut sebagai kadar air pada kapasitas lapang (field capacity water content), yaitu
batas-batas dari kemampuan tanah dilapangan menyimpan air. Diatas kapasitas
lapang tidak dapat menyimpan airnya (Gusli, 2015).
Kapasitas lapang adalah persentase
kelembaban yang ditahan oleh tanah sesudah terjadinya drainase dan kecepatan gerakan
air ke bawah menjadi sangat lambat. Keadaan ini terjadi dua sampai tiga hari
sesudah hujan jatuh yaitu bila tanah cukup mudah ditembus oleh air, tekstur dan
struktur tanahnya uniform dan pori-pori tanah belum semua terisi oleh air dan
temperatur yang cukup tinggi. Kelembaban pada saat ini berada di antara 5 -
40%. Selama air di dalam tanah masih lebih tinggi dari pada kapasitas lapang
maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air kapiler selalu dapat mengganti
kehilangan air karena proses evaporasi. Bila kelembaban tanah turun sampai di
bawah kapasitas lapang maka air menjadi tidak mobile (dapat bergerak).
Akar-akar akan membentuk cabang-cabang lebih banyak, pemanjangan lebih cepat
untuk mendapatkan suatu air bagi konsumsinya (Sutanto 2005).
Oleh
karena itu akar-akar tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang kandungan air di
bawah kapasitas lapang akan selalu becabang-cabang dengan hebat sekali.
Kapasitas lapang sangat penting pula artinya karena dapat menunjukkan kandungan
maksimum dari tanah dan dapat menentukan jumlah air pengairan yang diperlukan
untuk membasahi tanah sampai lapisan di bawahnya.Tergantung dari tekstur
lapisan tanahnya maka untuk menaikkan kelembaban sampai kapasitas lapang
diperlukan air pengairan sebesar 0,5 – 3 inci (Sutanto 2005).
2.3 Perbedaan Kapasitas Pot dan Dan
Kapasitas Lapang
Meskipun
terdapat kemiripan dan perbedaan mendasar antara kapasitas lapang dengan
kapasitas pot, baik dalam proses pencapaiannya maupun kadar air pada kapasitas
lapang, kadar air yang dicapai lebih rendah dari pada kapasitas pot. Ini
terjadi karena dilapangan air grafitasi bergerak kelapisan kebawah melalui
kontak hidraulik yang kontinyu sebagai akibat perbedaan potensial air, dari
tinggi kelapisan dibawahnya yang lebih kering. Proses ini tidak terjadi dalam
pot. Dari tanah yang jenuh air didalam pot. Akibatnya, kadar air pada kapasitas
pot lebih besar dari pada kadar air pada kapasitas lapangan (Gusli, 2015).
III. METODOLOGI
3.1.
Tempat dan Waktu
Pelaksanaan
praktikum kadar air tanah bertempat di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,
Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada
Rabu, 4 November 2015 pukul 10.00 WITA untuk pengeringan tanah dan hari Kamis,
5 November 2015 untuk menghitung kandungan air tanah.
Alat
yang digunakan untuk praktikum kadar air tanah yaitu tiga buah pot kapasitas 5
liter, timbangan digital yang berskala kepekaan dua angka dibelakang koma dan
timbangan kapasitas 10 kg, oven dan pisau lapangan. Bahan yang digunakan untuk
praktikum kadar air tanah yaitu tanah elfisol yang telah dikering udarakan dan
diayak melewati saringan 2 mm, air dan lembar plastik hitam.
3.3.
Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur Kerja Kapasitas Pot
a.
Mengering
udarakan tanah lapisan atas, lalu diayak melewati saringan 2 mm.
b.
Menimbang
tanah 5 kg, lalu memasukkannya kedalam pot kapasitas 5 L.
c.
Menyiram
tanah secara perlahan hingga jenuh air dan agak menggenang.
d.
Membiarkan
air menetes hingga 24 jam.
e.
Mengambil
contoh tanah basah sebanyak satu sendok makan pada kedalaman 1 sampai 5 cm.
f.
Menimbang
contoh tanah bersama wadahnya.
g.
Memasukkan
contoh tanah kedalam oven selama 24 jam pada suhu 105°C.
h.
Mengeluarkan
sampel tanah dari oven setelah 24 jam, langsung dimasukkan kedalam desikator,
tunggu beberapa jam. Lalu ditimbang bersama wadahnya.
i.
Menghitung
air kapasitas pot dengan rumus :
Keterangan:
1. Berat cawan Petridis = a gram
2. Berat cawan petridish + tanah kering
udara = b gram
3. Berat cawan petridish + tanah kering
oven = c gram
4. Berat tanah kering udara = (b – a)
5. Berat tanah kering oven = (c – a)
6. Berat air yang hilang =
(b – c)
3.3.2 Prosedur Kerja Kapasitas Lapang
a. Membersikan
rerumputan pada area 1 m x 1 m.
b. Membuat pematang (tinggi 20 cm dan lebar 20 cm)
c. Menyirami permukaan tanah petakan dengan cepat
sebanyak 20 L.
d. Menutup petakan dengan dengan plastik hitam lalu
taburi pangkasan rumput diatasnya.
e. Menyingkirkan dan membuka tutup plastik tersebut
setelah 24 jam kemudian.
f. Mengambil contoh tanah pada empat titik yang mewakili
petakan masing-masing sebanyak dua sendok makan pada kedalaman 2 sampai 5 cm.
g. Meletakkan tanah pada wadah yang telah disediakan.
Menimbang berat basah tanah bersama wadahnya. Kemidian dicatat pada lembar
data.
h. Memasukkan contoh tanah kedalam oven 24 jam pada suhu 105°C.
i. Memasukkan contoh tanah yang telah diovenkan kedalam
desikator dan diamkan selama beberapa jam. Timbang berat tanah kering dan catat
pada lembar data.
j. Menghitung kadar air dengan rumus yang telah
ditentukan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 7. Data kapasitas pot dan kapasitas
lapang.
Pengukuran
|
Nilai bacaan
|
Kadar
air kapasitas pot (hasil hitungan) (g/g)
|
20
%
|
Kadar
air kapasitas lapang (hasil hitungan) (g/g)
|
6,34
%
|
4.2
Pembahasan
Dari
pengamatan yang telah dilakukan dengan diketahui berat awal tanah basah bersama
wadahnya pada kadar air kapasitas pot adalah 17,7 gram dan berat tanah bersama
wadah sesudah diovenkan adalah 15 gram. Jadi dapat disimpulkan bahwa kadar air
kapasitas pot berdasarkan tabel diatas adalah 20 %. Kadar air dilapangan yang
berada di empat titik yaitu titik 1 memimiliki kadar air 2,45%, titik 2
memiliki kadar air 7,21%, titik 3 memiliki kadar air 1,89% dan titik 4 memiliki
kadar air 13,79%.
Jika kita perhatikan pada kedua
tabel diatas yaitu kadar air kapasitas pot dan kadar air kapasitas lapang dapat
diketahui bahwa tanah pada kadar air kapasitas pot memiliki kadar air yang
cukup banyak yaitu 20% sedangkan pada tanah kadar air kapasitas lapang memiliki
kadar air yang cukup rendah yaitu rata
pada setiap titik rata-rata 6,33% jadi dapat disimpulkan bahwa tanah pada
kapasitas pot memiliki bahan organik
yang cukup tinggi sedangkan tanah kapasitas lapang memilik sedikiti bahan
organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa
kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik, makin tinggi kadar bahan
organik tanah akan makin tinggi kadar airnya.
Berdasarkan tabel diatas pada kadar
air kapasitas lapang, dapat kita lihat bahwa kadar air kapasitas lapang
memiliki kadar air lebih sedikit dibanding kadar air kapasitas pot. Hal ini dsebabkan karena air pada kapasitas
lapang terus bergerak kelapisan bawah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Gusli (2015) yang mengemukakan bahwa dilapangan
air gravitasi bergerak kelapisan bawah melalui kontak hidraulik yang kontinyu
sebagai akibat perbedaan potensial air, dari tinggi kelapisan dibawahnya yang
lebih kering. Proses ini tidak terjadi dalam pot.
Dari pengamatan ini kita bisa
memprediksi bahwa tanah pada kapsitas pot memiliki sedikit senyawa kimia dan
memiliki kedalaman solum yang cukup besar karena menurut Hakim (1986)
menyatakan bahwa makin banyak senyawa kimia, maka makin rendah kadar air tanah,
makin dalam keadaan solum maka semakin besar kadar airnya.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari
pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tanah pada kapsitas pot
memiliki kadar air yang cukup besar yaitu 20% dan pada kapasitas lapang
memiliki lebih sedikit kadar air
dibanding kapasitas pot yaitu 6,34
%.
5.2 Saran
Sebaiknya
pengamatan yang dilakukan di laboratorium dilakukan secara hati-hati dan teliti
agar penentuan kadar air pada suatu tanah tepat dan benar. Jika kita menemukan
tanah yang kadar airnya rendah sebaiknya diberikan irigasi sehingga kadar
airnya dapat normal untuk dimanfaatkan menanam tanaman yang dapat memberikan
keuntungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Gusli, S. 2015. Penuntun
Praktikum Dasar-dasar Ilmu tanah. Makassar: Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin Makassar.
Hakim.
N. Et al. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Penerbit Universitas Lampung.
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta:
Rajawali Pers
Ramlee, Omar. 2013. Kebun di Rumah. Jakarta: Word Press
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.
LAMPIRAN
Tabel
8.2. Data hasil pengamatan kapasitas pot :
Pengukuran
|
Nilai bacaan
|
Kapasitas pot :
|
|
Berat
wadah (g)
|
7,4
gram
|
Berat tanah basah (kap.pot) bersama wadah
|
17,7
gram
|
Berat tanah kering oven bersama wadah (g)
|
15 gram
|
Kadar air kapasitas pot (hasil hitungan)
(g/g)
|
35,53
%
|
Tabel
8.3. Data hasil pengamatan kapasitas lapang :
Pengukuran
|
Nilai bacaan
|
|||
Titik 1
|
Titik 2
|
Titik 3
|
Titik 4
|
|
Kapasitas lapang :
|
||||
Berat
wadah (g)
|
7,6
gram
|
7,5
gram
|
8,5
gram
|
5,3
gram
|
Berat tanah basah (kap.pot) bersama wadah
|
41
gram
|
38,7
gram
|
30
gram
|
35
gram
|
Berat tanah kering oven bersama wadah (g)
|
40,2
gram
|
36,6
gram
|
29,6
gram
|
31,
4 gram
|
Kadar air kapasitas lapang (hasil hitungan)
(g/g)
|
2,45
%
|
7,21
%
|
1,89
%
|
13,79
%
|
MANTAP BRO. KARYA MU
BalasHapus