Selasa, 19 Januari 2016

Laporan Bahan Organik Tanah

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH


BAHAN ORGANIK TANAH






DI SUSUN OLEH :

NAMA                                    : YOHANIS SARMA
            NIM                                        : G11115536
            KELAS/ KELOMPOK          : E /14
            ASISTEN                               : MAGFIRAH DJAMALUDDIN




LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015



I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Proses penting yang berkaitan dengan pembentukan tanah adalah penimbunan bahan organik yang cenderung mencapai suatu tingkat keseimbangan dalam tanah. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah tergantung pada sifat lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua proses, yaitu penambahan residu atau sisa-sisa tanaman dan binatang, dan perombakan bahan tersebut oleh jasad mikro tanah. Pada proses perombakan bahan sisa tumbuhan dihancurkan menjadi bentuk melarut atau menguap yang dapat hilang dari tanah. Apabila jumlah penambahan dan kehilangan bahan organik tanah berada pada tingkat seimbang.
Hampir seluruh kehidupan dalam tanah tergantung pada bahan organik tanah untuk keperluan energi dan unsur hara.Sudah sejak lama orang mengetahui peranan bahan organik tanah dalam produksi bahan makanan.Namun demikian, kira-kira 100 tahun yang lalu tanah yang seluruhnya terdiri dari bahan organik tergolong tidak subur.
Bahan organik tanah merupakan fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai bahan penyusun tanah Bahan organik merupakan timbunan jaringan tanaman, hewan, atau jasad renik yang telah mati dan sebagaian telah mengalami perombakan.Bahan organik selain menyediakan unsur hara juga turut mempengaruhi sifat kimia dan fisik tanah sehingga dapat dijadikan sebagai media tumbuh suatu tanaman.Kandungan bahan organik sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan praktikum mengenai bahan organik untuk mengetahui kandungan bahan organik suatu jenis tanah pada setiap lapisan.

1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan diadakannya praktikum bahan organik tanah adalah untuk mengetahui kandungan bahan organik pada sampel tanah lapisan I dan II serta faktor-faktor yang mempengruhinya. Kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai bahan informasi dalam menentukan bahan organik suatu jenis tanah dan selanjutnya berguna dalam pengelolaan tanah tersebut.




II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Organik
Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi.(Hanafiah, 2014)
Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan fauna, perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus merupakan  bahan organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk dan bercampur dengan mineral tanah (Sutanto,2005).
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang.ranting dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida seperti selulosa, hemi-selulosa, pati dan bahan-bahan pectin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang paling penting dalam mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan terangkul ke lapisan bawah (Sutanto, 2005).
Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth,1994).
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bahan Organik
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam tanah adalah kedalaman tanah, iklim (curah hujan , suhu), drainase, tekstur tanah  dan vegetasi. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan pada lapisan atas setebal 20 cm, sehingga lapisan tanah  makin ke bawah makin kurang bahan organik yang di kandungnya (Hakim, 1986).
Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tetanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N P, K dan S (Hanafiah, 2014).
Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik. Di samping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim, 1986).
Bahan organik yang terkandung di dalam tana lebih tinggi yang mengakibatkan tanah pada lapisan ini cenderung lebih gelap, terutama pada lapisan I, karena merupakan lapisan paling atas. Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah adalah kedalaman lapisan dimana menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas, setebal 20 cm (15-20) %, makin ke bawah makin berkurang, contohnya pada setiap lapiasan tanah inseptisol, makin ke bawah (Lapisan II) warnanya lebih muda daripada lapisan I, dan II. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin kadar bahan organik dan N makin tinggi. Drainase buruk dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena aerasi buruk menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi dari pada tanah berdrainase baik (Hakim, 1986).
2.3 Hubungan Bahan Organik Tanah dengan Kesuburan Tanah
Pengaruh bahan organik tidak dapat disangkal terhadap kesuburan tanah.Bahan organik mempunyai daya serap kation yang lebih besar daripada kaloid tanah yang liat.Berarti semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah, maka makin tinggi pula kapasitas tukar kationnya.Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali.  Bahan yang demikian berada dalam proses pelapukan aktif dan menjadi mangsa jasad mikro.  Sebagai akibat, bahan itu berubah terus dan tidak mantap, dan selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang (Hardjowigeno, 2003).
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung unsur hara yang terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan C-organik. Dimana kandungan C-organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Hardjowigeno,2003).

Komponen organik tanah berasal dari biomassa yang mencirikan suatu tanah aktif.Komponen organik tak hidup terbentuk dari melalui pelapukan kimia dan biologi, yang dipisahkan ke dalam bahan-bahan yang anatomi bahan aslinya masih tampak dan bahan-bahan yang telah terlapuk sempurna (Hardjowigeno,2003).
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah.Disamping itu bahan organik tanah memiliki fungsi – fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto, 2005).

















III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktikum Bahan Organik dilaksanakan pada hari Kamis 22 Oktober 2015 pukul 10.00 Wita - selesai dan bertempat  di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
3.2. Alat Dan Bahan
3.2.1. Lapangan
Bahan yang digunakan pada pengamatan dilapangan adalah sampel tanah yang mengandung bahan organik dan humus yang baru diambil dilapangan dilapisan permukaan (top soil) dan lapisan bawah permukaan (sub-soil). Adapun alat yang digunakan adalah lup dan buku munsel.
3.2.2. Laboratorium
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum bahan organik tanah di laboratorium adalah sampel tanah kering udara, aquades, larutan  , larutan , indikator diphenilamin dan ammonium ferro sulfat. Adapun alat yang digunakan adalah neraca analitis, labu Erlenmeyer 250 mL, pipet tetes, gelas ukur, buret 50 mL.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1. Prosedur Kerja di Lapangan
Pengamatan dilakukan secara kualitatif pada tiga aspek yaitu biota tanah, warna tanah dan struktur tanah. Prosedur pengamatan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.    Mematahkan bongkah dan agregat tanah dengan tangan.
2.    Mengamati keberadaan dan keragaman biota di kedua lapisan.
3.    Menggunakan lup untuk mengamati jasat yang kecil.
4.    Mengamati struktur tanah dengan cara mencelupkan agregat kedalam tanah.
5.    Mengukur agregat dan pori makro dengan menggunakan lup dan mistar
6.    Membandingkan apa yang telah diamati antara lapisan tanah permukaan, dengan lapisan dibawah permukaan.
 3.3.2. Prosedur Kerja di Laboratorium
Prosedur kerja bahan organik tanah dilaksanakan dengan carasebagai berikut:
1.    Menimbang contoh tanah dengan menggunakan neraca analitis sebanyak 1 gram.
2.    Memasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL.
3.    Menambahkan 10 mL larutan  1N (pipet) den reaksikan dengan 5 mL.   dan biarkan reaksi berlangsung hingga beberapa menit.
4.    Menambahkan aquades 100 mL.
5.    Menetesi 3-5 indikator diphenylamine dan titrasi dengan ammonium ferro sulfat 0,25 N.
6.    Mencatat volume titran  yang digunakan begitu pula dengan normalitasnya.
7.    Menghitung % bahan organik dengan menggunakan rumus
                   
     % Bahan organik  =   %C x 1,724




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan bahan organik pada lapisan I, makadiperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.1 Bahan organik dengan metode di lapangan.
Faktor yang diamati
Warna Tanah
Biota Tanah
StrukturTanah
Warna matriks
7,5 YR 3/2 (dark brown)
-
-
Komentar terkait warna
Dilihat dari warnanya, tanah tersebut memiliki sedikit bahan organik


Keberadaan biota (tdkada, K, S, B)
-
Kurang
-
Jenis biota
-
Semut
-
Tipestruktur
-
-
Blocky
Ukuran agregat dan pori (mm)
-
-
< 0,002 mm
Kestabilan agregat (lemah, kuat/stabil)
-
-
Kuat/stabil

Berdasarkan hasil perhitungan kandungan bahan organik pada lapisan I, II, dan III maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.2 Bahan organik dengan metode di laboratorium.
Tanah Lapisan
% Bahan Organik
Lapisan I
5,78 %
Lapisan II
5,84 %
Lapisan III
3,26 %



4.2. Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas diperoleh data bahwa tanah lapisan satu memiliki warna tanah7,5 YR 3/2 (dark brown), keberadaan biota pada tanah lapisan satu kurang dan jenis biota yang terdapat pada tanah lapisan satu yaitu semut, tipe struktur blocky dengan ukuran agregat dan pori < 0,002 mm dan memiliki kestabilan agregat kuat atau stabil karena pada saat pengamatan, tanah tidak terlarut dalam air. Jika dilihat dari data tersebut bahwa tanah lapisan satu memiliki kandungan bahan organik yang sedikit.
Jika dilihat dari keberadaan biota pada lapisan satu sangat sdikit, bahkan didalam pengamatan yang dilakukan hanya ditemukan semut, hal ini membuktikan bahwa tanah tersebut mengandung sedikit bahan organik karena tanah tersebut telah mengalami pelindian. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa biota ataupun mikrobia dapat hilang melalui pelindian (leaching).
Sesuai dengan tabel diatas yang menunjukkan bahwa lapisan kedua mengandung bahan organik lebih tinggi dari pada lapisan pertama, hal ini sebenarnya adalah hal yang sangat langkah karena seperti yang kita ketahui bahwa bahan organik yang paling tinggi terdapat dilapisan pertama. Namun ada kemungkinan lapisan pertama lebih sedikit bahan organiknya dibanding lapisan kedua karena beberapa faktor menurut Hakim (1986) yaitu, terjadinya leaching unsur hara yang mengakibatkan kehilangan unsur hara karena terbawa oleh air turun ketanah yang bawah dan terjadinya penguapan unsur hara yang menyebabkan kesuburan tanah menurun dikarenakan tanah terkena matahari langsung.
Kemungkinan yang lain yang menyebabkan lapisan kedua mengandung bahan organik lebih tinggi dibanding lapisan pertama adalah karena kemungkinan terdapat kekeliruan dalam penimbangan ataupun timbangan yang mungkin mengalami masalah, karena menurut Hanafiah (2014)  walaupun tanah terdiri dari beberapa lapisan, namun bagi tanaman yang sangat penting adalah lapisan paling atas (top soil) karena mengandung bahan organik yang paling tinggi dibanding lapisan dibawanya.






V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tanah yang diamati yaitu lapisan satu memiliki warna tanah7,5 YR 3/2 (dark brown), didalam tanah hanya terdapat sedikit biota dan tipe strukturnya blocky dengan ukuran agregat dan pori < 0,002 mm. sedangkan pada pengamatan dilaboratorium menunjukkan bahwa persentase bahan organik pada tanah yang diamati yaitu pada lapisan satu 5,78 %, lapisan kedua yaitu 5,85%, dan lapisan ketiga 3,26%.
5.2 Saran
Setelah mengamati tanah tersebut, bisah disimpulkan bahwa tanah tersebut tidak bisa digunakan sebagai lahan pertanian. Sebaiknya tanah yang digunakan untuk lahan pertanian yaitu tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang tinggi agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik.





DAFTAR PUSTAKA
Foth H. D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Hakim, Nurhajatidkk.1986. Dasar-DasarIlmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
Hardjowigeno S, 2003, Ilmu Tanah. Jakarta: PT Medityatama Sarana Perkasa.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius







LAMPIRAN
Hasil Perhitungan Bahan Organik Lapisan I Tanah Terganggu:
Diketahui:
ml B    = 36,5 mL
ml t      = 2,9 mL
N         = 0,25 N
mg       = 1000 mg
Ditanyakan:
% Bahan Organik = ...?
Penyelesaian:
%C= ((ml B-ml t)  N ×3×1,33)/(mg contoh tanah tanpa air)×100%
%C= ((36,5-2,9)  N ×3×1,33)/1000×100%
%C= ((33,6)  0,25 ×3×1,33)/1000×100%
%C= 33,516/1000×100%
%C= 3,3516 %

% Bahan Organik=%C ×1,724
% Bahan Organik=3,3516 % ×1,724
% Bahan Organik=5,78 %

Hasil Perhitungan Bahan Organik Lapisan II Tanah Terganggu:
Diketahui:
ml B    = 36,5 mL
ml t      = 2,5 mL
N         = 0,25 N
mg       = 1000 mg
% Bahan Organik = ...?
Penyelesaian:
%C= ((ml B-ml t)  N ×3×1,33)/(mg contoh tanah tanpa air)×100%
%C= ((36,5-2,5)  N ×3×1,33)/1000×100%
%C= ((34)  0,25 ×3×1,33)/1000×100%
%C= 33,915/1000×100%
%C= 3,3915 %

% Bahan Organik=%C ×1,724
% Bahan Organik=3,3915 % ×1,724
% Bahan Organik=5,84 %
Hasil Perhitungan Bahan Organik Lapisan III Tanah Terganggu:
Diketahui:
ml B    = 36,5 mL
ml t      = 17,5 mL
N         = 0,25 N
mg       = 1000 mg
% Bahan Organik = ...?
Penyelesaian:
%C= ((ml B-ml t)  N ×3×1,33)/(mg contoh tanah tanpa air)×100%
%C= ((36,5-17,5)  N ×3×1,33)/1000×100%
%C= ((19)  0,25 ×3×1,33)/1000×100%
%C= 18,9525/1000×100%
%C= 1,89525 %

% Bahan Organik=%C ×1,724
% Bahan Organik=1,89525 % ×1,724
% Bahan Organik=3,26 %

Tidak ada komentar:

Posting Komentar